Selamat Datang

Terima kasih Anda sudah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang sedang saya bimbing menyusun proposal penelitian dan menyusun skripsi. Meskipun demikian, blog ini terbuka bagi siapa saja yang berkenan memanfaatkan. Agar bisa melakukan perbaikan, saya sangat mengharapkan Anda menyampaikan komentar di bawah tulisan yang Anda baca. Selamat berselancar, silahkan klik Daftar Isi untuk memudahkan Anda menavigasi blog ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 10 Oktober 2012

Magang Meneliti Jauh-jauh ke Luar Daerah, Tapi yang Didapat Tetap Saja Beda Nyata Antar Taraf Perlakuan Kuantitatif ...

Saya diminta membimbing mahasiswa magang, tetapi sebagaimana sudah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya, sesungguhnya saya diperintahkan membimbing mahasiswa membuat laporan magang. Saya mengatakan demikian karena mahasiswa datang kepada saya menyerahkan laporan magang, tanpa pernah mengkonsultasikan rencana magang. Supaya semua memahami, dalam membimbing skripsi seorang dosen mulai melakukan pembimbingan bahkan ketika mahasiswa mulai mencari masalah penelitian, kemudian menyusun proposal, baru akhirnya menyusun skripsi. Dalam matakuliah magang, tiba-tiba dosen pembimbing diserahi laporan dan bahkan tiba-tiba seminar sudah dijadwalkan tanpa persetujuan dosen pembimbing. Ini, bagi saya, membuat matakuliah magang menjadi sedemikian instimewa karena melindas otoritas akademik dosen.

Melalui tulisan kali ini saya akan menceritakan aspek lain dari keistimewaan magang ini. Melalui magang seharusnya mahasiswa belajar sesuatu yang lebih baik dari yang dapat dipelajari di kampusnya sendiri. Boleh saja mahasiswa melakukan magang penelitian, tetapi melalui magang ini seharusnya mahasiswa dapat belajar metode penelitian yang lebih baik daripada yang diajarkan di kampusnya sendiri. Bila tidak, sungguh sangat menyedihkan, sudah magang jauh-jauh ke luar daerah, dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, yang dipelajari ternyata tidak lebih baik daripada yang dapat dipelajari di kampus sendiri, atau malah sebaliknya.

Seorang mahasiswa melaporkan hasil penelitian ‘Repelensi Hama Gudang Bawang Merah (Ephestia cautella) dengan Menggunakan Minyak Atsiri'. Saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan repelensi hama gudang. Setahu saya, yang menimbulkan repelensi adalah senyawa kimia, sedangkan hama merupakan pihak yang menerima repelensi. Tapi coba kita simak apa yang dimaksud dengan repelensi dalam laporan magang yang saya terima:

Pengujian repelensi imago E. cautella dengan menggunakan alat Olfaktometer, sebanyak 20 ekor imago diletakkan pada tengah alat kemudian pada masing-masing ujung lengan alat ditetesi 0,5 cc, 1 cc, 1,5cc, 2 cc dan air untuk setiap perlakuan  ekstrak minyak eucalyptus, minyak serai wangi, minyak akar wangi, minyak kayu manis,  minyak jeruk purut. Pengamatan dilakukan pada  1, 3, 6, dan 24 Jam setelah perlakuan, dengan menghitung jumlah imago yang tertarik masuk ke masing-masing lengan alat olfaktometer.
Kemudian, saya juga tidak mengerti, apa maksudnya menuliskan nama ilmiah Ephestia cautella di belakang frasa ‘Repelensi Hama Gudang Bawang Merah’. Dalam kuliah-kuliah yang saya berikan, saya tidak jemu-jemu menyampaikan bahwa penulisan nama ilmiah harus dilakukan dengan hati-hati. Saya sering memberikan contoh bahwa yang mempunyai nama ilmiah Vigna radiata adalah tumbuhan kacang hijau sehingga menulis nama ilmiah di belakang frasa 'bubur kacang hijau' menjadi tidak tepat. Contoh lain yang sering juga saya sampaikan, nama tumbuhan jagung memang Zea mays, tetapi tidak tepat menulisan nama ilmiah di belakang frasa ‘pemasaran jagung’. Saya juga sudah pernah menulis di blog ini mengenai persoalan ini, mungkin perlu sekali lagi dibaca (tulisan 1, tulisan 2). Tapi coba kita simak kembali judul laporan magang yang saya terima, tidak beda dengan menuliskan 'bubur kacang hijau (Vigna radiata)' atau 'pemasaran jagung (Zea mays)'.

Dalam kuliah-kuliah saya, saya juga sudah mewanti-wanti menyampaikan, bahwa kita harus hati-hati dalam menghadapi angka. Saya pun pernah menulis dalam blog ini, Gunakan Akal Sehat dalam Menghadapi Angka: Banyak Angka di Belakang Koma Tidak Selalu Berarti Lebih Teliti. Tapi mari kita unduh dan simak tabel hasil hasil analisis data yang disajikan dalam laporan magang yang saya terima. Angka di belakang koma disajikan sampai dua digit. Saya tidak mengerti angka ini menyatakan apa karena tabel dalam laporan tidak disertai dengan judul, tetapi saya kira menyatakan persentase repelensi (entah apa memang sepeti pada kutipan di atas cara mengukurnya).


Yang juga mengejutkan saya adalah bagaimana data dianalisis. Dari hasil analisis data yang disajikan, saya mengira-ngira, penelitian yang dilakukan adalah penelitian faktorial yang terdiri atas dua faktor, faktor pertama adalah jenis minyak atsiri dan faktor kedua adalah konsentrasi minyak atsiri. Dengan kata lain, dalam penelitian faktorial ini, faktor pertama bersifat kualitatif, sedangkan faktor kedua bersifat kuantitatif. Mengenai faktor kualitatif dan kuantitatif ini, saya sudah pernah membahasnya dalam tulisan Uji Lanjut Salah Kaprah karena Statistika Dipelajari lebih sebagai Cara Berhitung daripada Cara Berpikir dan dalam tulisan Sekali lagi ANOVA: Mengapa Tidak Selalu Harus Menggunakan Analisis Ragam untuk Menganalisis Data? Analisis data yang dilakukan dalam laporan magang ternyata mengabaikan kenyataan bahwa konsentrasi adalah faktor kuantitatif sehingga untuk uji lanjut tidak seharusnya digunakan uji pemisahan rerata semacam uji BNJ. Hal ini karena kita tahu bahwa konsentrasi senyawa kimia yang lebih tinggi dengan sendirinya menimbulkan efek repelensi yang lebih tinggi. Apakah repelensi yang lebih tinggi tersebut signifikan atau tidak terhadap repelensi yang ditimbulkan oleh konsentrasi yang lebih rendah, itu hanyalah soal pemilihan taraf konsentrasi. Bukankah kalau makan dua piring belum lebih kenyang daripada makan satu piring maka kita dapat menambah menjadi tiga atau empat piring supaya bisa lebih kenyang secara signifikan? Dari laporan magang ini, saya pun akhirnya tidak ragu lagi, sebagaimana dalam tulisan Sekali Lagi Mengenai Uji Lanjut: Entah Mengapa Kesalahan Terus Saja Berlanjut. Saya tahu sekarang, kalau magang pun ternyata menjadi cara untuk bukan hanya melanjutkan, tetapi melegitimasi kesalahan.

 

Bila repelensi diukur sebagai persentase ‘serangga masuk ke dalam olfaktometer’, sebagaimana ditulis dalam laporan magang, maka data tanggapan terhadap konsentrasi seharusnya dianalisis dengan menggunakan analisis probit. Prosedur ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara kekuatan rangsangan dengan proporsi kasus yang menunjukkan tanggapan mendua (dicotomous) tertentu terhadap rangsangan, seperti halnya hidup atau mati serangga akibat paparan insektisida, masuk atau tidak masuk ke olfaktometer. Dengan begitu, kita dapat menentukan kekuatan rangsangan yang diperlukan untuk menimbulkan proporsi tanggapan tertentu, misalnya konsentrasi yang diperlukan untuk menyebabkan 50 serangga masuk ke olfaktometer (LC50). Tapi, ternyata tanggapan serangga terhadap konsentrasi hanya diuji lanjut dengan uji BNJ, padahal data tanggapan dapat ditransformasi dengan mudah menjadi data probit dengan menggunakan Excel dan kemudian hasilnya dapat diregresikan dengan konsentrasi, juga dapat dilakukan cukup dengan menggunakan Excel.

 

Di negeri ini perbedaan ternyata memang begitu penting untuk 'dicari-cari'. Meskipun kita sudah tahu bahwa konsentrasi lebih tinggi akan menimbulkan tanggapan lebih tinggi, kita tetap saja mencari-cari perbedaan di antaranya, sebagaimana halnya 'mencari-cari hal' dari kenyataan bahwa kita memang berbeda suku, berbeda agama. Apakah penggunaan uji beda semacam ini terlahir dari kenyataan bawah sadar kita akan begitu pentingnya mencari-cari perbedaan semacam ini? Atau ini semata-mata terjadi karena, sebagaimana dikatakan oleh seorang sahabat saya, “Kita bangga orang tertawa karena kita tidak tahu mereka menertawai kita”. Mudah-mudahan mahasiswa yang menyerahkan laporan kepada saya tidak ikut bangga karenanya. Juga tidak perlu merasa sakit hati karena tulisan ini, sebab bila demikian maka berarti mengiyakan bahwa dia memang merasa 'memiliki' penelitian yang dilaporkannya. Padahal, dia hanyalah korban dari sebuah sistem yang tidak memupuk rasa ingin tahu, sebuah sistem yang mengabaikan cara untuk mencapai tujuan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.

Bila Anda perlu membuat deskripsi tanaman sebagai bagian dari penyusunan proposal penelitian atau skripsi, kunjungi blog Tanaman Kampung atau Tumbuhan Bali, mudah-mudahan bisa membantu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites