Penelitian Lapangan

Penelitian perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan melaksanakan percobaan di lapangan

Penelitian Rumah Kaca

Permasalahan perlindungan tanaman di lapangan dapat ditindaklanjuti dengan Penelitian rumah kaca

Penelitian Laboratorium

Hasil pengamatan lapangan dan rumah kaca perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium

Penulisan Skripsi

Data hasil penelitian lapangan, rumah kaca, dan laboratorium dianalisis dan ditulis untuk menyusun skripsi

Wisuda Sarjana

Wisuda menandai berakhirnya satu jenjang pendidikan yang perlu dilanjutkan dengan pembelajaran seumur hidup

Selamat Datang

Terima kasih Anda sudah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang sedang saya bimbing menyusun proposal penelitian dan menyusun skripsi. Meskipun demikian, blog ini terbuka bagi siapa saja yang berkenan memanfaatkan. Agar bisa melakukan perbaikan, saya sangat mengharapkan Anda menyampaikan komentar di bawah tulisan yang Anda baca. Selamat berselancar, silahkan klik Daftar Isi untuk memudahkan Anda menavigasi blog ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 17 November 2013

Menyusun Skripsi Mengenai Penyakit-penyakit Pisang

Saya mempunyai mahasiswa bimbingan yang sedang menyusun skripsi mengenai penyakit-penyakit tanaman pisang. Sebagaimana halnya penyusunan skripsi mengenai organisme pengganggu tumbuhan, penyusunan skripsi tersebut mengalami kendala dalam memperoleh pustaka sebagai referensi. Mahasiswa tersebut mengandalkan buku oleh Haryono Semangun (2007), Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (edisi kedua), terbitan Gadjah Mada University Press, sebagai pustaka. Bukan salah, tetapi sebaiknya dicari pustaka yang lebih primer dan lebih mutakhir. Untuk membantu mahasiswa yang bersangkutan mengatasi masalah tersebut, saya membuat tulisan ini untuk digunakan sebagai panduan dalam mencari pustaka. Tentu saja, tulisan ini juga dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa lain yang juga meneliti penyakit-penyakit pada tanaman pisang. Atau bahkan, oleh siapapun, termasuk juga dosen pembimbing, sebagai panduan untuk mencari pustaka mengenai OPT lain dengan memanfaatkan sumberdaya online yang tersedia di Internet.

Kamis, 29 Agustus 2013

Analisis Data Spasial: Memperkenalkan SIG kepada Dosen dan Mahasiswa Perlindungan Tanaman

Selama ini, mahasiswa fakultas pertanian, khususnya Fakultas Pertanian Undana, mengenal hanya data atribut. Data kejadian dan keparahan kerusakan tanaman oleh OPT golongan hama, data kejadian dan keparahan penyakit, data padat populasi OPT golongan hama, data kerapatan (padat populasi) gulma; semuanya merupakan data atribut. Mengapa data atribut? Karena semua data tersebut tidak mempunyai lokasi geografik. Kita tahu ada hama, ada penyakit, ada gulma; tetapi kita tidak tahu penyakit, hama, dan gulma tersebut ada di mana. Ke mana kita harus mencarinya? Mungkin jawabannya adalah di desa A, tetapi di bagian mana wilayah desa A? Di mana pula harus dilakukan pengendalian? Jawabannya juga sama, tidak tahu. Dengan data atribut, kita merasa mengetahui apa yang sesungguhnya kita tidak bisa temukan keberadaannya. Kita mengetahui sesuatu yang berada di awang-awang.

Bagaimana kita 'mendefinisikan' data di fakultas pertanian, sekali lagi khususnya di Faperta Undana, bergantung pada apa yang kita warisi. Maksud saya, kita yang menjadi dosen mewarisi definisi data dari para dosen yang mengajar kita dahulu. Dan kita pun mewariskan apa yang kita warisi dari dosen yang mengajar kita dahulu kembali kepada mahasiswa yang kita ajar sekarang. Begitulah, kita mendewa-dewakan data atribut karena kita diajar untuk begitu dan kemudian mengajar mahasiswa juga menjadi seperti itu. Kita tidak sadar bahwa zaman telah berubah, dan dengan perubahan zaman, kebutuhan akan data juga berubah. Dan seiring dengan perubahan kebutuhan akan data tersebut, seharusnya kita juga berani 'mendefinisikan ulang' data yang kita butuhkan. Kita pun harus 'mendefinisikan ulang' cara kita mengumpulkan, menampilkan, dan menganalisis data.

Tapi melakukan perubahan tidaklah semudah mengatakan ingin berubah. Begitulah maka kita berpegang teguh pada tradisi mengumpulkan sebanyak-banyaknya data atribut. Menyerahkan analisis data atribut kepada analisis statistika dan bila hasil analisis menunjukkan signifikansi maka selesailah sudah. Statistika yang seharusnya menjadi alat telah kita jadikan tujuan. Padahal, apa artinya sesuatu yang signifikan bila kita tidak mengetahui lokasi keberadaannya? Bukankah sesuatu yang signifikan di satu lokasi bisa saja menjadi tidak signifikan di lokasi lain? Andaikan saja lahan tempat pertanian berpijak sehomogen yang dipersyaratkan oleh berbagai teknik analisis statistika, barangkali signifikansi akan lebih bermakna. Begitupun, sepanjang pertanian berurusan dengan permukaan bumi maka seharusnya kita mampu membumikan data. Seharusnya kita tidak hanya berputar-putar terus dari data atribut ke data atribut lain, melainkan mulai memberikan perhatian terhadap di mana data atribut itu membumi.

Saya tidak mengatakan data atribut tidak penting. Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah alangkah baiknya bila data atribut kita berikan aspek spasial; kita berikan kepada data atribut tersebut pijakan di pemukaan bumi. Untuk itu maka sudah sejak beberapa tahun terakhir saya mempunyai mimpi bahwa di fakultas pertanian, selain diajarkan teknik pengumpulan, penyajian, dan analisis data atribut, juga diajarkan teknik pengumpulan, penyajian, dan analisis data spasial. Mengapa? Dahulu, alat penerima SPG (Sistem Pemosisi Global) yang diperlukan untuk mengumpulkan data spasial harganya mahal, kini tidak lagi. Dahulu, program aplikasi untuk menyajikan dan menganalisis data spasial, yang lazim dikenal sebagai SIG (Sistem Informasi Geografik), merupakan program berbayar yang harganya mahal, memerlukan komputer dengan spesifikasi tinggi, dan rumit untuk dipelajari, kini tersedia banyak program aplikasi akses terbuka (gratis) berarsitektur modular sehingga tidak memerlukan komputer canggih dan relatif mudah untuk dipelajari. Dahulu, data spasial jenis raster berupa citra satelit harganya mahal, kini data citra satelit semacam itu juga bisa diperoleh gratis.

Alat penerima SPG diperlukan untuk mengumpulkan data spasial keberadaan tanaman rusak dan keberadaan OPT golongan hama, patogen, dan gulma yang menimbulkan kerusakan. Data spasial tersebut dapat berupa titik, garis, atau area (poligon) berkoordinat geografis. Titik, garis, atau area tersebut dapat ditumpangtindihkan dengan data spasial dasar yang sudah ada, misalnya sungai, gunung, batas wilayah, jalan, dan sebagainya, sehingga, dengan begitu, keberadaan tanaman rusak dan keberadaan OPT golongan hama, patogen, dan gulma yang menimbulkan kerusakan dapat disandingkan dengan berbagai fitur geografis untuk menunjukkan lokasi dengan lebih jelas. Kemudian, dengan menggunakan program aplikasi SIG, dapat dilakukan analisis keruangan, mulai dari yang paling sederhana sekedar untuk menampilkan letak tanaman dengan kategori kerusakan tertentu sampai pada analisis komplek untuk menentukan arah pemencaran OPT (analisis trayektori). Bayangkan Anda sedang meneliti belalang kembara, jenis OPT yang memencar dengan cepat dan dalam wilayah yang luas. Dengan menggunakan analisis trayektori, Anda dapat memprakirakan ke mana gerombolan belalang kembara akan memencar berdasarkan atas pola pemencaran yang telah dipetakan. Dengan begitu maka dapat ditentukan di mana petani perlu disiapkan untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.

Apa yang diperlukan untuk bisa melakukan analisis spasial? Tentu saja, pertama-tama dibutuhkan alat penerima SPG. Selain alat penerima SPG berdiri sendiri yang harganya kini tidak lagi mahal, kini bahkan tersedia alat penerima SPG yang diintegrasikan dengan perangkat telepon seluler atau dengan kamera digital. Menggunakan alat penerima SPG juga tidak sulit, bahkan kini tersedia buka panduan berbahasa Indonesia dalam format buku elektronik yang dapat diunduh gratis. Untuk menggunakan alat penerima SPG jenis tertentu, saya menyediakan panduan bagian 1, bagian 2, dan bagian3. Selain itu, berbagai situs atau blog menyediakan berbagai sumberdaya yang berkaitan dengan penggunaan alat penerima SIG. Bagi Anda yang benar-benar masih sangat pemula, silahkan kunjungi situs GPS Selayang Pandang di Universitas Colorado. Pada dasarnya, alamat penerima SPG berguna untuk menentukan lokasi di permukaan bumi berdasarkan sistem koordinat dan datum geodetik tertentu. Lokasi di permukaan bumi tersebut merupakan data spasial atau data ruang yang mempunyai atribut tertentu, misalnya koordinat geografik pohon kakao yang mempunyai atribut tingkat kerusakan buah oleh penggerek buah kakao sebesar 15%.

Kedua, dibutuhkan program aplikasi SIG untuk menyajikan dan menganalisis data spasial dan atributnya. Untuk mencatat dan menyajikan data atribut dapat digunakan program aplikasi tabel lajur, misalnya Excel. Dengan menggunakan Excel, Anda dapat menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik (chart). Untuk menganalisis data atribut, Anda dapat menggunakan banyak program aplikasi statistika, mulai dari yang gratis seperti R sampai yang berbayar seperti SPSS dan SAS. Untuk mencatat, menyajikan, dan menganalisis data spasial dan atributnya sekaligus, Anda memerlukan program aplikasi SIG. Seperti halnya program aplikasi analisis statistika, dahulu tersedia hanya program aplikasi SIG berbayar dengan harga mahal. Kini tidak lagi, tersedia daftar panjang program aplikasi SIG gratis, yang dioperasikan dengan menggunakan komputer (Desktop GIS), online (Web GIS), maupun perangkat telepon seluler (Mobile GIS). Bila Anda adalah pemula, sebaiknya mulai dengan mempelajari program aplikasi sederhana semacam OpenJump dan kemudian lanjutkan dengan program aplikasi yang lebih kompleks, misalnya Quantum GIS. Program SIG gratis merupakan bagian dari daftar panjang program gratis yang juga disebut FOSS (Free and Open Source Software) atau FLOSS (Free Libre Open Source Software) yang juga disediakan untuk dapat diunduh sebagai LiveDVD (misalnya OpenDisc, GIS LiveDVD).

Ketiga, bila tersedia citra satelit akan lebih baik. Anda mungkin sudah biasa menggunakan program aplikasi Google Earth dan Google Maps, keduanya merupakan program aplikasi berbasis citra satelit. Google Earth merupakan program aplikasi yang terpasang di komputer, sedangkan Google Maps merupakan program aplikasi online. Kedua program aplikasi ini sangat bagus untuk menampilkan data spasial, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis. Untuk melakukan analisis data spasial, Anda memerlukan program aplikasi SIG dan untuk melakukan analisis data spasial berbasis citra satelit, Anda tidak bisa menggunakan sembarang program aplikasi SIG, melainkan hanya program aplikasi SIG yang mempunyai kemampuan tersebut. Di antara berbagai program aplikasi SIG gratis, yang mempunyai kemampuan menampilkan dan sekaligus menganalisis data citra adalah SAGA. Citra satelit dahulu hanya dapat diperoleh dengan membeli, dengan harga mahal pula. Kini dapat diunduh gratis. Silahkan kunjungi USGS Earth Explorer, USGS LP-DAAC, USGS EROS Center, CGIAR-CSI, dan PANCROMA.

Untuk lebih memahami data spasial dengan lebih baik, ada baiknya Anda juga mempelajari apa itu datum geodetik, sistem koordinat, dan proyeksi peta. Datum geodetik atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan geometri elipsoid bumi, misalnya WGS 1984 atau World Geodetic System 1984. Sistem koordinat, atau lebih tepatnya sistem koordinat geografik, merupakan cara menyatakan setiap lokasi di permukaan bumi, misalnya koordinat lintang dan bujur serta koordinat Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic. Proyeksi peta merupakan cara penggambaran permukaan bumi ke permukaan bidang datar. Ada benyak sistem proyeksi peta, misalnya sistem proyeksi dalam kategori proyeksi silindris, kategori proyeksi pseudosilindris, dan kategori proyeksi azimutal. Semua ini perlu dipahami karena bentuk bumi yang sebenarnya tidak benar-benar elipsoidal dan permukaannya tidak benar-benar rata dipetakan pada permukaan datar dan rata.

Selama satu terakhir ini, sebagai anggota tim penelitian dampak penambangan mangan di Timor Barat, saya telah membantu menyusun dan menerjemahkan buku panduan SIG yang disusun oleh Mr. Rohan Fisher, pakar SIG dari Charles Darwin University. Buku panduan tersebut disusun khusus untuk pemetaan dan analisis geografik lokasi penambangan mangan dan dampak yang ditimbulkannya, termasuk dampak terhadap sektor pertanian, dengan orientasi praktis penggunaan OpenJump, Google Earth, dan SAGA. Dengan sedikit penyesuaian, buku panduan tersebut dapat Anda gunakan sebagai panduan penggunaan SIG untuk menampilkan dan menganalisis data spasial perlindungan tanaman. Silahkan Anda mengunduh buku panduan tersebut berikut data spasial dasar yang digunakan dalam menggunakan buku panduan untuk mempelajari SIG.

Mungkin Anda merasa belum perlu belajar SIG, tidak apa-apa. Tapi coba bayangkan, apa yang bisa dilakukan bila Anda menguasai SIG. Bila Anda adalah seorang dosen minat perlindungan tanaman, bayangkan suatu saat minat perlindungan tanaman menjadi jurusan dan sebagai ketua jurusan Anda ingin mengembangkan program pemantauan OPT, katakanlah misalnya pemantauan OPT tanaman jagung, secara participatory. Atau bila adalah seorang mahasiswa, bayangkan suatu saat Anda menjadi seorang kepala dinas pertanian dan ingin membuat program pemantauan yang sama. Mungkin Anda pernah mendengar atau bila belum, silahkan kunjungi layanan FontlineSMS. Kemudian mungkin Anda juga sudah pernah mendengar atau bila belum, silahkan kunjungi layanan lain yang bernama Ushahidi. Dengan menggunakan kedua layanan tersebut, yang tersedia gratis, Anda dapat membangun program pemantauan OPT jagung geospasial secara participatory dengan memanfaatkan aplikasi Ushahidi 2.7 Bamako berbasis server atau aplikasi online Crowdmap. Tetapi bila Anda hanya ingin menjadi pejabat, atau seorang dosen yang sekedar ingin menjadi guru besar untuk mendapat tunjangan kehormatan besar, maaf saya telah mengganggu waktu luang Anda dan mohon lupakan saja tulisan saya ini.

Senin, 17 Juni 2013

Gulma: OPT Penting Pertanian Lahan Kering yang Dilupakan dalam Penelitian Skripsi Mahasiswa

Anak-anak meneliti gulma
Gulma merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang sangat penting dalam pertanian lahan kering. Meskipun demikian, hampir tidak ada mahasiswa Fakultas Pertanian Undana yang meneliti gulma untuk menyusun skripsi. Saya tidak mengerti mengapa hal ini terjadi, sama tidak mengertinya mengapa tidak ada mahasiswa yang meneliti perladangan tebas bakar. Saya sangat ingin membimbing mahasiswa meneliti gulma, tetapi karena selama ini saya hanya boleh membimbing mahasiswa PS Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (IHPT) maka saya tidak bisa melakukannya. Kini PS IHPT sudah berubah menjadi Minat Perlindungan Tanaman dengan ruang lingkup yang juga mencakup gulma. Oleh karena itu, saya sangat berharap ada mahasiswa yang berminat meneliti gulma, khususnya dalam kaitan dengan perladangan tebas bakar, sebagai bahan penyusunan skripsi.

Tiga jenis gulma mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pertanian lahan kering di NTT, yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), tembelekan (Lantana camara), dan kirinyu (Chromolaena odorata). Dalam sejarahnya,  ketiga jenis gulma ini menginvasi lahan kering di NTT secara berurutan, pertama kali alang-alang, disusul oleh tembelekan, dan akhirnya kirinyu. Dalam proses invasi tersebut, saya menduga gulma yang menginvasi kemudian menggeser dominansi gulma yang telah ada sebelumnya: tembelekan menggeser alang-alang dan kemudian kirinyu menggeser tembelekan. Dugaan ini saya dasarkan dari membaca buku The Timor Problem oleh Ormeling dan The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku oleh Monk, de Fretes, dan Reksodihardjo-Lilley. Saya juga menduga, dalam pergeseran oleh kirinyu terhadap tembelekan, ikut berperan musuh alami tembelekan. Dugaan ini saya dasarkan atas korespondensi dengan Prof. James Fox, dari ANU, yang menyatakan bahwa pada jaman pemerintahan kolonial Belanda pernah dilakukan pelepasan musuh alami untuk mengendalikan tembelekan. Tentu saja dugaan saya ini masih harus dibuktikan. Saya mengundang mahasiswa Minat Perlindungan Tanaman untuk membuktikan dugaan ini melalui penelitian skripsi.

Bagaimana caranya? Pertama-tama tentu saja Anda perlu mengenal ketiga jenis gulma penting tersebut. Ketiganya merupakan gulma kategori spesies inasif global sehingga informasinya mudah diperoleh. Untuk itu, silahkan mengunjungi situs berikut:

Dengan menggunakan referensi tersebut, pastikan bahwa Anda bisa mengenali setiap jenis gulma dengan benar.

Selanjutnya, Anda perlu memilih topik yang akan diteliti. Biasanya, mahasiswa mengalami kesulitan pada bagian ini. Oleh karena itu, saya akan membantu dengan memberikan sejumlah topik untuk dipilih:

  • Tanggapan setiap jenis gulma terhadap lingkungan ekstrim kekeringan, kebakaran, dan hujan; dengan mengamati pertumbuhan setiap jenis gulma pada musim kemarau (Juni-November), setelah dilakukan pembakaran oleh petani (November-Januari), dan selama musim hujan (Januari-Mei). Pengamatan dilakukan langsung di lahan petani dengan cara mengukur tinggi dan menimbang bobot kering. Pengamatan dapat dikaitkan dengan keberadaan musuh alami tembelekan dan kirinyu.
  • Persaingan antar berbagai jenis gulma dan antara gulma dengan tanaman; dengan melakukan penelitian eksperimental pada lahan petani untuk menanam tanaman (misalnya jagung) bersama dengan satu atau beberapa macam gulma
  • Inventarisasi musuh alami tembelekan dan perkembangan populasi musuh alami kirinyu, yaitu lalat puru Cecidochares connexa; dengan melakukan pengamatan terhadap serangga dan patogen yang terdapat pada tembelekan dan mengamati perkembangan lalat puru sepanjang musim kemarau (Mei-November) dan musim hujan (Desember-April).

Di antara topik-topik tersebut di atas, topik yang mendesak adalah inventraisasi musuh alami Lantana camara dan persaingan antara Lantana camara dan Cromolaena odorata. Inventarisasi musuh alami dapat dilakukan dengan mengambil sampel daun, pucuk, dan buah Lantana camara untuk diperiksa di laboratorium. Penelitian mengenai persaingan antara Lantana camara dan Chromolaena odorata dapat dilakukan secara experimental. Persaingan dapat terjadi dalam memperoleh ruang, cahaya, air, dan unsur hara atau dalam hal produksi senyawa alelopati. Dalam kaitan ini, penelitian mengenai persaingan dapat dilakukan dalam konteks persaingan biasa dan dalam konteks alelopati. Persaingan biasa dapat diteliti dengan menanam kedua jenis gulma secara 'tumpangsari' dengan padat populasi masing-masing sebagai perlakuan. Persaingan alelopati dapat diteliti dengan menanam salah satu jenis gulma dan kemudian disiram dengan ekstrak daun atau organ lain dari gulma lainnya. Tanaman dapat dimasukkan sebagai faktor tambahan dalam persaingan tersebut, misalnya jagung.

Bila Anda tertarik untuk meneliti gulma, silahkan menghubungi saya melalui Hubungi Saya. Saya menyediakan pustaka yang diperlukan untuk Anda akses secara online dan memberikan kesempatan untuk melakukan konsultasi secara online. Mari jangan biarkan gulma dan perladangan tebas bakar terabaikan. Sebab, sebagaimana dikatakan oleh mantan gubernur NTT Ben Mboi dalam pengantar buku Revisitasi Lahan Kering (oleh Prof. Fred L. Benu dan I W. Mudita, in press), bila Undana benar-benar ingin menjadi universitas yang diperhitungkan, tidak perlu memampang nama dalam bahasa Inggris, tidak perlu mengusung semboyan global oriented university, melainkan cukup fokus pada penelitian mengenai pertanian lahan kering. Meneliti gulma dan perladangan tebas bakar akan menjadikan Undana unik bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Tentunya Anda ingin berbuat sesuatu untuk membangun Undana. Bila Anda menjawab YA, maka jangan ragu, silahkan klik Hubungi Saya dan sampaikan bahwa Anda ingin berpartisipasi. Atau silahkan TULIS KOMENTAR pada kotak di bawah ini untuk menyatakan Anda ingin berpartisipasi.

Jumat, 15 Februari 2013

Merancang Penelitian Eksperimental: Rancangan Perlakuan, Rancangan Lingkungan, dan Rancangan Pengamatan

Menanggapi tulisan mengenai uji lanjut dalam blog ini, sejumlah mahasiswa menanyakan bagaimana menentukan uji lanjut setelah dilakukan analisis ragam. Sebenarnya, hal ini sudah saya jelaskan berkali-kali dalam tulisan saya sebelumnya, tetapi rupanya masih banyak mahasiswa yang belum bisa memahaminya. Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari mahasiswa yang menanyakan jenis uji lanjut hanya dengan menyampaikan rancangan lingkungan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan, tanpa menjelaskan karakteristik perlakuan yang dicobakan. Padahal, uji lanjut tidak ditentukan oleh rancangan lingkungan (rancangan percobaan), melainkan oleh karakteristik dari perlakuan yang dicobakan (rancangan perlakuan). Untuk menghindari salah penafsiran lebih lanjut, saya perlu menjelaskan secara singkat, bahwa dalam melaksanakan penelitian eksperimental (percobaan), perlu diperhatikan yang namanya rancangan perlakuan, rancangan lingkungan, dan rancangan pengamatan.

Bila Anda perlu membuat deskripsi tanaman sebagai bagian dari penyusunan proposal penelitian atau skripsi, kunjungi blog Tanaman Kampung atau Tumbuhan Bali, mudah-mudahan bisa membantu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites