Selamat Datang

Terima kasih Anda sudah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang sedang saya bimbing menyusun proposal penelitian dan menyusun skripsi. Meskipun demikian, blog ini terbuka bagi siapa saja yang berkenan memanfaatkan. Agar bisa melakukan perbaikan, saya sangat mengharapkan Anda menyampaikan komentar di bawah tulisan yang Anda baca. Selamat berselancar, silahkan klik Daftar Isi untuk memudahkan Anda menavigasi blog ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 15 Februari 2013

Merancang Penelitian Eksperimental: Rancangan Perlakuan, Rancangan Lingkungan, dan Rancangan Pengamatan

Menanggapi tulisan mengenai uji lanjut dalam blog ini, sejumlah mahasiswa menanyakan bagaimana menentukan uji lanjut setelah dilakukan analisis ragam. Sebenarnya, hal ini sudah saya jelaskan berkali-kali dalam tulisan saya sebelumnya, tetapi rupanya masih banyak mahasiswa yang belum bisa memahaminya. Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari mahasiswa yang menanyakan jenis uji lanjut hanya dengan menyampaikan rancangan lingkungan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan, tanpa menjelaskan karakteristik perlakuan yang dicobakan. Padahal, uji lanjut tidak ditentukan oleh rancangan lingkungan (rancangan percobaan), melainkan oleh karakteristik dari perlakuan yang dicobakan (rancangan perlakuan). Untuk menghindari salah penafsiran lebih lanjut, saya perlu menjelaskan secara singkat, bahwa dalam melaksanakan penelitian eksperimental (percobaan), perlu diperhatikan yang namanya rancangan perlakuan, rancangan lingkungan, dan rancangan pengamatan.

Rancangan perlakuan berkaitan dengan apa yang akan dicobakan dalam suatu percobaan dan bagaimana yang akan dicobakan tersebut diatur penerapannya. Misalnya, dalam uji ketahanan varietas yang dicobakan dapat hanya varietas tanaman, dapat juga varietas dan umur tanaman. Bila yang dicobakan adalah hanya varietas maka rancangan perlakuan yang digunakan adalah perlakuan sederhana dengan jenis varietas sebagai taraf perlakuan. Bila yang dicobakan adalah varietas dan umur tanaman maka rancangan perlakuan yang digunakan adalah perlakuan faktorial dengan jenis varietas dan umur tanaman sebagai faktor, masing-masing terdiri atas jenis varietas dan waktu pengamatan sebagai taraf perlakuan. Rancangan perlakuan dapat berupa perlakuan sederhana (satu faktor) atau perlakuan faktorial (dua faktor atau lebih) yang dicobakan dalam satu percobaan dengan menggunakan rancangan lingkungan tertentu.

Rancangan lingkungan berkaitan dengan mengatasi permasalahan pengaruh faktor lingkungan terhadap percobaan. Dalam mencobakan suatu perlakuan, katakan saja dosis insektisida, kita tidak ingin ada pengaruh lain selain dosis insektisida itu sendiri. Kita tidak ingin ada pengaruh faktor lingkungan ikut-ikutan menyusup sehingga dengan demikian hasil percobaan benar-benar merupakan hasil pengaruh dosis insektisida. Pengaruh faktor lingkungan terhadap percobaan bisa bermacam-macam, tetapi pertama-tama yang perlu dihindarkan adalah pengaruh yang berkaitan dengan tempat percobaan. Untuk maksud tersebut maka percobaan perlu dilaksanakan dengan menggunakan rancangan tertentu: acak lengkap bila keadaan lokasi percobaan seragam ke segala arah, acak kelompok bila keadaan lokasi percobaan bergradasi ke satu arah, dan bujursangkar latin bila lokasi percobaan bergradasi ke dua arah secara tegak lurus. Rancangan lingkungan sering disebut rancangan percobaan, padahal sebenarnya kurang tepat, sebab perancangan percobaan melibatkan perancangan perlakuan, perancangan lingkungan, dan perancangan pengamatan.

Perancangan lingkungan sebenarnya berkaitan bukan hanya dengan keadaan lokasi percobaan, melainkan juga berkaitan dengan obyek percobaan. Hal ini penting untuk diperhatikan sebab obyek percobaan dalam penelitian bidang hama dan penyakit berbeda dengan obyek percobaan dalam penelitian bidang agronomi, ilmu tanah, atau teknologi pangan. Yang menjadi obyek percobaan dalam penelitian bidang hama dan penyakit adalah hama dan patogen yang mudah bergerak, berbeda dengan obyek percobaan dalam penelitian bidang agronomi yang berupa tanaman yang diam di tempat. Dalam percobaan bidang hama dan penyakit memang dilibatkan tanaman, tetapi dalam hal ini tanaman berperan sebagai media tempat hama dan penyakit hidup, sebagaimana halnya tanaman tempat tanaman tumbuh dalam penelitian bidang agronomi. Obyek percobaan merupakan faktor lingkungan internal yang dalam perancangan percobaan dipersyaratkan harus seragam. Tanaman dapat dibuat seragam dengan menanam benih varietas tanaman yang sama dengan gaya kecambah yang sama dan pada waktu yang sama. Lalu bagaimana cara membuat hama dan patogen yang menginfestasi tanaman bisa seragam?

Membuat infestasi hama dan patogen dapat bersifat seragam sangat tidak mungkin, tetapi yang dapat dilakukan adalah memperbesar ukuran petak, mengatur bentuk petak, dan memperlebar jarak antar petak. Oleh karena itu, perancangan lingkungan dalam suatu percobaan juga berkaitan dengan penentuan ukuran petak, bentuk petak, dan jarak antar petak. Tidak ada ukuran petak yang baku untuk berbagai keadaan, tetapi percobaan yang melibatkan jenis-jenis hama yang bergerak cepat dan jauh, misalnya walang sangit pada padi, memerlukan ukuran petak yang lebih besar daripada percobaan yang melibatkan jenis-jenis hama yang bergerak lambat dan dekat, misalnya ulat tritip pada kubis. Demikian juga dengan bentuk petak, tetapi petak yang mendekati bentuk bujur sangkar akan memberikan pengaruh tepi (border effect) yang lebih kecil daripada petak bernemtuk persegi panjang. Jarak antar petak memberikan pengaruh lingkungan yang sangat penting dalam percobaan bidang hama dan penyakit karena sifat hama dan penyakit yang mudah bergerak dan berpindah. Untuk meminimalkan pengaruh pergerakan dan perpindahan ini maka jarak antar petak perlu dibuat jauh atau sedapat mungkin diberi penyekat sebagai batas. Sebagai penyekat dapat digunakan lembaran plastik atau tanaman lain yang bukan merupakan inang dari hama atau patogen obyek penelitian.

Rancangan pengamatan berkaitan dengan apa yang akan diamati, bagaimana mengamatinya, kapan diamati, alat apa yang digunakan untuk mengamati, dan apa satuan hasil pengamatan. Pertama-tama perlu ditentukan apa yang diamati dan kapan akan dilakukan pengamatan. Segala sesuatu yang diamati dalam percobaan disebut peubah (variabel) penelitian karena nilainya berubah (bervariasi) sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan. Tetapi dalam buku-buku metodologi penelitian dan oleh sejumlah dosen, sesuatu yang diamati dalam percobaan ini disebut secara kurang tepat sebagai parameter. Peubah percobaan yang penting dalam penelitian bidang hama dan penyakit adalah gejala kerusakan oleh hama, gejala dan tanda penyakit, intensitas kerusakan oleh hama, dan intensitas penyakit. Gejala kerusakan oleh hama dan gejala dan tanda penyakit merupakan peubah kualitatif yang dimatai secara visual untuk membuat deskripsi gejala secara rinci, sedapat mungkin disertai dengan foto. Intensitas kerusakan oleh hama dan intensitas penyakit merupakan peubah kuantitatif yang dapat ditentukan sebagai kejadian (insidence) atau keparahan (severity). Kejadian diamati dengan menghitung jumlah individu satuan pengamatan yang menunjukkan gejala, sedangkan keparahan diamati dengan mengukur luas permukaan satuan pengamatan yang menunjukkan gejala. Sedapat mungkin, hindarkan menggunakan skor untuk mengukur intensitas kerusakan oleh hama maupun intensitas penyakit, karena data skor merupakan data ordinal yang tidak dapat memenuhi asumsi analisis ragam.

Pengamatan dalam percobaan bisang hama dan penyakit tumbuhan biasanya dilakukan bukan hanya sekali, melainkan beberapa kali selama satu musim tanam atau selama kurun waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena hama dan penyakit berkembang seiring dengan waktu. Dalam hal pengamatan dilakukan secara berulang maka data dari setiap kali pengamatan perlu digabungkan dengan data dari pengamatan sebelum dan berikutnya sehingga diperoleh satu peubah gabungan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi. Pada penelitian bidang hama dan penyakit tumbuhan, data hasil pengamatan berulang digabungkan dengan cara menghitung luas daerah di bawah kurva yang biasa disingkat LDBK. Data dari berbagai peubah yang diamati secara berulang dapat digabungkan menjadi LDBK, misalnya LDBK kerusakan oleh hama, LDBK kejadian penyakit, LDBK keparahan penyakit, dsb. Selain LDBK, dapat digunakan peubah turunan lain, misalnya laju perkembangan, tetapi cara perhitungannya lebih sulit.

Dalam melakukan pengamatan, juga perlu diperhatikan alat yang akan digunakan dan satuan pengamatan. Padat populasi hama merupakan peubah yang penting dalam penelitian hama tumbuhan, yang diamati dengan menggunakan alat yang berbeda-beda bergantung pada karakteristik jenis hama yang diamati. Tetapi perlu diperhatikan bahwa satuan padat populasi hama adalah individu hama per satuan pengamatan, misalnya individu hama per rumpun tanaman. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa organisme harus bulat, sebab kalau berupa pecahan maka angka pecahan menunjukkan organisme yang sudah mati. Misalnya, dalam 12,7 ekor larva tritip, larva yang hidup hanya 12 ekor, sedangkan yang 0,7 ekor sudah mati. Dalam hal ini, bila diperlukan, padat populasi sebaiknya dinyakatakan sebagai 127 ekor larva per 10 rumpun, daripada 12,7 larva per rumpun. Dalam hal pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur, misalnya menggunakan penggaris dengan skala terkecil milimeter, maka hasil pengukuran sebaiknya hanya dicantumkan cukup satu angka di belakang koma bila dinyatakan dalam cm atau tanpa angka di belakang koma bila dinyatakan dalam mm. Misalnya, panjang daun 5,3 cm, tidak bisa dinyakan misalnya 5,36 cm, apalagi 5,362 cm, sebab dengan penggaris yang skala terkecilnya hanya sampai mm, tidak mungkin dilakukan pengukuran sampai ketelitian 0,1 apalagi 1,01 mm.

Beberapa mahasiswa dan bahkan dosen berargumentasi bahwa angka di belakang koma diperlukan untuk menunjukkan ketelitian. Apakah memang begitu? Apakah menyatakan hasil pengukuran dengan penggaris yang satuan terkecilnya hanya mm sebagai dua atau tiga angka di belakang koma merupakan keterlitian atau justeru merupakan kecerobohan yang disembunyikan di belakang kedok angka di belakang koma? Kalau begitu maka tukang mas tidak perlu menggunakan timbangan analitik untuk menimbang mas, melainkan cukup menggunakan timbangan tepung atau bahkan timbangan sapi. Sebagai orang yang mempunyai gelar akademik, seharusnya kita tidak hanya bangga dengan gelar saja, tetapi juga perlu berpikir kritis. Dan bagi mahasiswa yang sedang berjuang memperoleh gelar akademik, sebaiknya perlu belajar bersikap kritis dari awal, sebab pada akhirnya gelar hanya diperlukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh pekerjaan. Yang menentukan menjadi apa Anda kemudian bukanlah gelar, melainkan kemampuan Anda berpikir krtitis dalam menyikapi keadaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.

Bila Anda perlu membuat deskripsi tanaman sebagai bagian dari penyusunan proposal penelitian atau skripsi, kunjungi blog Tanaman Kampung atau Tumbuhan Bali, mudah-mudahan bisa membantu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites