Suatu saat seorang kolega datang ke rumah untuk mendiskusikan penulisan proposal disertasinya. Setelah berdiskusi mengenai proposal disertasinya, saya dan dia berdiskusi banyak hal mengenai keprihatinan terhadap dunia akademik kita saat ini. Mulai dari kurikulum berbasis kompetisi untuk menghasilkan lulusan berstandar "tukang" sampai pendidikan yang seharusnya mengubah dunia untuk lebih memanusiakan manusia. Ujung-ujungnya, diskusi sampai juga pada hal-hal yang bagi sebagian orang mungkin sepele, tetapi sebenarnya justeru penting untuk dicermati. Dia bilang, sekarang orang berlomba-lomba menjadi doktor dan guru besar. Saya jawab itu bagus asalkan orang yang0bergelar doktor dan berjabatan gurubesar mampu menunjukkan jati diri kedoktorannya dan kegurubesarannya. Tapi kemudian dia menyodorkan buku orasi seorang guru besar untuk saya baca. Sebagai guru kecil, saya merasa mendapat kehormatan untuk membaca buku orasi guru besar.