Sabtu, 4 Oktober 2012, setelah selesai melaksanakan tugas memberikan tutorial dalam kegiatan matrikulasi Bahasa Inggris kepada mahasiswa semester I yang dimulai sejak pukul 7.30, seorang mahasiswi menghampiri saya memberitahukan bahwa saya adalah penilai seminar laporan magangnya. Dia mengatakan telah mengirimkan laporannya kepada saya melalui email. Bagi saya, tidak masalah apakah mahasiswa sudah atau baru akan menyampaikan laporannya untuk saya nilai. Dalam menjadi penilai seminar maupun ujian skrispsi, saya bahkan lebih suka mahasiswa memberikan skrispsinya tepat sebelum seminar. Yang menjadi permasalahan bagi saya berkaitan dengan magang ini lebih dari sekedar itu, yakni perlakuan dan prosedur magang yang bagi saya terkesan sebagai sangat istimewa dibandingkan dengan matakuliah lainnya.
Magang merupakan bagian dari kurikulum baru di fakultas tempat saya mengajar. Karena merupakan bagian dari kurikulum maka otoritas tertinggi terhadap proses penyelenggaraan magang ini seharusnya ada di jurusan/program studi. Selain itu, magang seharusnya diperlakukan sama seperti matakuliah lainnya, seperti misalnya matakuliah skripsi yang sama-sama mempunyai bobot 4 SKS. Dalam hal skripsi, mahasiswa sudah mulai mengkonsultasikan dengan dosen bahkan pada saat mulai merumuskan masalah penelitian. Jadwal pelaksanaan seminar dilakukan dengan persetujuan dosen pembimbing. Skripsi tidak harus selesai dalam satu semester, bisa dua bahkan lebih dari dua semester, bergantung pada kemampuan mahasiswa. Mahasiswa yang cerdas dan rajin bisa saja menyelesaikan dalam dua semester, tetapi setahu saya belum ada mahasiswa yang menyelesaikan skripsi dalam satu semester.
Bagaimana dengan magang? Saya diminta menjadi pembimbing setelah mahasiswa melaksanakan magang. Saya tidak tahu, siapa yang membimbing mahasiswa merencanakan kegiatan magangnya. Dengan begitu, saya diminta membimbing mahasiswa menyusun laporan, bukan membimbing mahasiswa magang. Dan laporan yang diminta kepada saya untuk membimbing, setelah saya periksa, bukan laporan magang, melainkan laporan penelitian yang dilakukan oleh institusi di tempat mahasiswa magang. Kebetulan, mahasiswa yang saya bimbing melakukan magang di sebuah institusi penelitian departemen. Lebih hebat lagi, baru mulai melaksanakan pembimbingan, saya tiba-tiba 'diberikan' jadwal seminar laporan. Saya diminta membimbing, tetapi sebelum selesai membimbing, mahasiswa sudah dijadwalkan melaksanakan seminar. Mahasiswa yang mengambil matakuliah magang dengan beban 4 SKS harus menyelesaikan laporannya kurang dari satu semester. Mahasiswa yang mengambil matakuliah skripsi dengan beban SKS yang sama boleh menyelesaikan skripsinya sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Ada apa di balik semua ini?
Begitupun, ketika hari itu saya diminta menilai seminar mahasiswa magang, sebagai bawahan, saya melaksanakan perintah atasan. Tapi setelah masuk ke dalam ruang seminar, saya melihat seminar bukan dimoderasi oleh dosen pembimbing, melainkan oleh mahasiswa. Saya tahu bahwa mahasiswa memang harus berlatih menjadi moderator. Yang menjadi masalah bagi saya, karena magang merupakan bagian dari kurikulum, sebagaimana halnya skripsi, maka yang memoderasi seharusnya adalah dosen pembimbing. Kalau kemudian dosen pembimbing meminta bantuan mahasiswa untuk menggantikannya, itu soal lain, sebagaimana dilakukan oleh oknum dosen tertentu yang meminta mahasiswa untuk menggantikannya mengajar. Presentasi dilakukan secara panel, mengesankan bahwa seminar harus segera diselesaikan untuk seluruh mahasiswa peserta magang. Saya pun teringat bagaimana ketika saya masih menjadi pimpinan satu pusat penelitian, saya menjadwalkan seluruh dosen penerima hibah penelitian beramai-ramai melaksanakan seminar mereka. Tapi ini karena penelitian dosen adalah proyek yang dikelola oleh departemen. Sedangkan magang, setahu saya, bukanlah proyek, melainkan adalah matakuliah yang harus menyesuaikan dengan kalender akademik, bukan justru harus patuh pada cara-cara proyek.
Di dalam ruangan, saya pun duduk, mengikuti presentasi laporan magang. Tapi dari sekian presentasi yang saya ikuti, sebagian besar mahasiswa mempresentasikan laporan penelitian. Struktur laporan magang juga mengikuti struktur skripsi. Pendahuluan berisi uraian mengenai masalah penelitian, bukan uraian untuk menjustifikasi mengapa mahasiswa harus melakukan magang. Bagian tujuan dan kegunaan juga berisi tujuan dan kegunaan penelitian, bukan tujuan dan kegunaan magang. Demikian juga dengan bagian-bagian laporan lainnya, ada tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran, persis mengikuti sistematika sebuah skripsi. Berkaitan dengan hal ini, apakah mungkin seorang mahasiswa merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis data dalam waktu satu bulan? Kedua, apakah dengan melaksanakan magang maka mahasiswa menjadi peneliti sehingga harus melaporkan hasil penelitian? Bukankan hasil penelitian yang dilaporkan adalah hasil penelitian di institusi tempat magang? Bila demikian maka pelaporan data penelitian seakan-akan sebagai data hasil penelitian mahasiswa sendiri merupakan sebuah plagiarisme.
Ketika saya menyampaikan hal ini dalam seminar magang, seorang mahasiswa membela diri bahwa yang dilaporkan adalah data hasil pengamatannya sendiri. Saya tidak mempersoalkan hal itu. Bagi saya, yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah siapa yang berhak. Saya sendiri, dalam melaksanakan penelitian, sering melibatkan mahasiswa untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini, bukan berarti mahasiswa dengan sendirinya bisa mengklaim diri sebagai peneliti. Mahasiswa tetap mahasiswa, yang kebetulan saja diminta untuk membantu pelaksanaan penelitian dengan imbalan tertentu. Bahkan, sekalipun sudah memperoleh ijin lisan, tanpa ijin tertulis dari peneliti yang sebenarnya, penyajian data orang lain seakan-akan sebagai data hasil penelitian sendiri merupakan sebuah plagiarisme. Betapa menyedihkan, sebagai pendidik kita yang seharusnya menjauhkan mahasiswa dari melakukan plagiarisme, melalui kegiatan magang ini kita justeru melembagakannya.
Bila magang sudah menjadikan mahasiswa sebagai peneliti, buat apa lagi harus ada skripsi? Bukankah skripsi bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan penelitian? Magang sudah 'mensahkan' mahasiswa sebagai peneliti tanpa dibimbing merencanakan penelitian sehingga tugas dosen membimbing mahasiswa menyusun proposal penelitian skripsi menjadi rancu. Karena melalui magang mahasiswa sudah bisa menjadi peneliti tanpa dibimbing membuat rencana penelitian maka tidak seharusnya mahasiswa dibimbing menyusun proposal penelitian skripsi. Selain itu, meminta mahasiswa 'berguru' melakukan penelitian di institusi lain menyiratkan bahwa para dosen sudah sedemikian tidak mampu membimbing mahasiswa meneliti, padahal di antara para dosen juga ada guru besar. Hal ini juga menyiratkan bahwa fasilitas yang tersedia di fakultas sudah sedemikian tidak memadai sehingga mahasiswa harus 'kos' meneliti di tempat lain yang fasilitasnya lebih baik. Padahal, mahasiswa melaksanakan magang bukan hanya di institusi penelitian, melainkan juga di kebun salak pondoh yang notabene tidak mempunyai fasilitas penelitian. Begitupun mahasiwa tetap membuat laporan magang seperti laporan penelitian lengkap dengan identifikasi OPT. Betapa tidak berdayanya kami sebagai dosen sehingga mahasiswa harus belajar melakukan identifikasi OPT di kebun milik Bapak Slamet. Kalau begitu, mengapa kita tidak menyuruh mahasiswa melakukan identifikasi OPT di kebun sayur milik Bapak Tinus di Tarus saja?
Saya tidak ingin berpolemik, melainkan hanya ingin bertukar pikiran. Bila magang hanyalah sebuah matakuliah maka sudah sewajarnya diperlakukan sebagaimana matakuliah lainnya. Seperti juga KKN, sudah saatnya diperlakukan sebagai matakuliah biasa yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada jurusan/program studi dengan jadwal yang disesuaikan dengan kalender akademik. Seiring dengan itu, laporan magang seharusnya memuat kegiatan yang diikuti mahasiswa selama melaksanakan magang, bukan melaporkan hasil kegiatan yang merupakan hak institusi di tempat mahasiswa melakukan magang. Bila yang diikuti adalah kegiatan penelitian maka mahasiswa seharusnya melaporkan bagaimana penelitian dilaksanakan, fasilitas apa yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan penelitian, dan bagaimana penelitian dikelola sebagai pelajaran yang tentunya akan bermanfaat bukan hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi kita semua, bagaimana seharusnya mengelola sebuah penelitian. Dengan begitu, melalui magang mahasiswa belajar meneliti, bukannya hanya dengan melaksanakan magang selama hanya satu bulan tiba-tiba mengklaim sebagai peneliti. Atau, apakah hasil adalah segala-galanya sehingga kita bisa menghalalkan segala cara, termasuk melakukan plagiarisme dan mengabaikan hak dasar seorang dosen dengan menjadwalkan pelaksanaan seminar tanpa persetujuan dosen pembimbing? Bila jawaban pertanyaan ini adalah ya, mari kita acuhkan semuanya dan abaikan saja tulisan ini.
Mari ucapkan selamat kepada mahasiswa magang, yang dengan melaksanakan magang selama satu bulan, telah membuat mereka, dengan begitu percaya di depan para dosen, merasa sebagai peneliti. Dan kita, para dosen, yang seharusnya mendidik mereka, bukan hanya mengajar menjadi pintar, justeru menyetujui mereka menggunakan data milik pihak lain sebagai seolah-olah milik mereka sendiri. Kita telah berhasil mentransformasi mereka begitu hebat, hanya dalam waktu satu bulan ... Dan magang telah menjadi instrumen pendidikan transformasional yang begitu berhasil.
Magang merupakan bagian dari kurikulum baru di fakultas tempat saya mengajar. Karena merupakan bagian dari kurikulum maka otoritas tertinggi terhadap proses penyelenggaraan magang ini seharusnya ada di jurusan/program studi. Selain itu, magang seharusnya diperlakukan sama seperti matakuliah lainnya, seperti misalnya matakuliah skripsi yang sama-sama mempunyai bobot 4 SKS. Dalam hal skripsi, mahasiswa sudah mulai mengkonsultasikan dengan dosen bahkan pada saat mulai merumuskan masalah penelitian. Jadwal pelaksanaan seminar dilakukan dengan persetujuan dosen pembimbing. Skripsi tidak harus selesai dalam satu semester, bisa dua bahkan lebih dari dua semester, bergantung pada kemampuan mahasiswa. Mahasiswa yang cerdas dan rajin bisa saja menyelesaikan dalam dua semester, tetapi setahu saya belum ada mahasiswa yang menyelesaikan skripsi dalam satu semester.
Bagaimana dengan magang? Saya diminta menjadi pembimbing setelah mahasiswa melaksanakan magang. Saya tidak tahu, siapa yang membimbing mahasiswa merencanakan kegiatan magangnya. Dengan begitu, saya diminta membimbing mahasiswa menyusun laporan, bukan membimbing mahasiswa magang. Dan laporan yang diminta kepada saya untuk membimbing, setelah saya periksa, bukan laporan magang, melainkan laporan penelitian yang dilakukan oleh institusi di tempat mahasiswa magang. Kebetulan, mahasiswa yang saya bimbing melakukan magang di sebuah institusi penelitian departemen. Lebih hebat lagi, baru mulai melaksanakan pembimbingan, saya tiba-tiba 'diberikan' jadwal seminar laporan. Saya diminta membimbing, tetapi sebelum selesai membimbing, mahasiswa sudah dijadwalkan melaksanakan seminar. Mahasiswa yang mengambil matakuliah magang dengan beban 4 SKS harus menyelesaikan laporannya kurang dari satu semester. Mahasiswa yang mengambil matakuliah skripsi dengan beban SKS yang sama boleh menyelesaikan skripsinya sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Ada apa di balik semua ini?
Begitupun, ketika hari itu saya diminta menilai seminar mahasiswa magang, sebagai bawahan, saya melaksanakan perintah atasan. Tapi setelah masuk ke dalam ruang seminar, saya melihat seminar bukan dimoderasi oleh dosen pembimbing, melainkan oleh mahasiswa. Saya tahu bahwa mahasiswa memang harus berlatih menjadi moderator. Yang menjadi masalah bagi saya, karena magang merupakan bagian dari kurikulum, sebagaimana halnya skripsi, maka yang memoderasi seharusnya adalah dosen pembimbing. Kalau kemudian dosen pembimbing meminta bantuan mahasiswa untuk menggantikannya, itu soal lain, sebagaimana dilakukan oleh oknum dosen tertentu yang meminta mahasiswa untuk menggantikannya mengajar. Presentasi dilakukan secara panel, mengesankan bahwa seminar harus segera diselesaikan untuk seluruh mahasiswa peserta magang. Saya pun teringat bagaimana ketika saya masih menjadi pimpinan satu pusat penelitian, saya menjadwalkan seluruh dosen penerima hibah penelitian beramai-ramai melaksanakan seminar mereka. Tapi ini karena penelitian dosen adalah proyek yang dikelola oleh departemen. Sedangkan magang, setahu saya, bukanlah proyek, melainkan adalah matakuliah yang harus menyesuaikan dengan kalender akademik, bukan justru harus patuh pada cara-cara proyek.
Di dalam ruangan, saya pun duduk, mengikuti presentasi laporan magang. Tapi dari sekian presentasi yang saya ikuti, sebagian besar mahasiswa mempresentasikan laporan penelitian. Struktur laporan magang juga mengikuti struktur skripsi. Pendahuluan berisi uraian mengenai masalah penelitian, bukan uraian untuk menjustifikasi mengapa mahasiswa harus melakukan magang. Bagian tujuan dan kegunaan juga berisi tujuan dan kegunaan penelitian, bukan tujuan dan kegunaan magang. Demikian juga dengan bagian-bagian laporan lainnya, ada tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran, persis mengikuti sistematika sebuah skripsi. Berkaitan dengan hal ini, apakah mungkin seorang mahasiswa merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis data dalam waktu satu bulan? Kedua, apakah dengan melaksanakan magang maka mahasiswa menjadi peneliti sehingga harus melaporkan hasil penelitian? Bukankan hasil penelitian yang dilaporkan adalah hasil penelitian di institusi tempat magang? Bila demikian maka pelaporan data penelitian seakan-akan sebagai data hasil penelitian mahasiswa sendiri merupakan sebuah plagiarisme.
Ketika saya menyampaikan hal ini dalam seminar magang, seorang mahasiswa membela diri bahwa yang dilaporkan adalah data hasil pengamatannya sendiri. Saya tidak mempersoalkan hal itu. Bagi saya, yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah siapa yang berhak. Saya sendiri, dalam melaksanakan penelitian, sering melibatkan mahasiswa untuk mengumpulkan data. Dalam hal ini, bukan berarti mahasiswa dengan sendirinya bisa mengklaim diri sebagai peneliti. Mahasiswa tetap mahasiswa, yang kebetulan saja diminta untuk membantu pelaksanaan penelitian dengan imbalan tertentu. Bahkan, sekalipun sudah memperoleh ijin lisan, tanpa ijin tertulis dari peneliti yang sebenarnya, penyajian data orang lain seakan-akan sebagai data hasil penelitian sendiri merupakan sebuah plagiarisme. Betapa menyedihkan, sebagai pendidik kita yang seharusnya menjauhkan mahasiswa dari melakukan plagiarisme, melalui kegiatan magang ini kita justeru melembagakannya.
Bila magang sudah menjadikan mahasiswa sebagai peneliti, buat apa lagi harus ada skripsi? Bukankah skripsi bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan penelitian? Magang sudah 'mensahkan' mahasiswa sebagai peneliti tanpa dibimbing merencanakan penelitian sehingga tugas dosen membimbing mahasiswa menyusun proposal penelitian skripsi menjadi rancu. Karena melalui magang mahasiswa sudah bisa menjadi peneliti tanpa dibimbing membuat rencana penelitian maka tidak seharusnya mahasiswa dibimbing menyusun proposal penelitian skripsi. Selain itu, meminta mahasiswa 'berguru' melakukan penelitian di institusi lain menyiratkan bahwa para dosen sudah sedemikian tidak mampu membimbing mahasiswa meneliti, padahal di antara para dosen juga ada guru besar. Hal ini juga menyiratkan bahwa fasilitas yang tersedia di fakultas sudah sedemikian tidak memadai sehingga mahasiswa harus 'kos' meneliti di tempat lain yang fasilitasnya lebih baik. Padahal, mahasiswa melaksanakan magang bukan hanya di institusi penelitian, melainkan juga di kebun salak pondoh yang notabene tidak mempunyai fasilitas penelitian. Begitupun mahasiwa tetap membuat laporan magang seperti laporan penelitian lengkap dengan identifikasi OPT. Betapa tidak berdayanya kami sebagai dosen sehingga mahasiswa harus belajar melakukan identifikasi OPT di kebun milik Bapak Slamet. Kalau begitu, mengapa kita tidak menyuruh mahasiswa melakukan identifikasi OPT di kebun sayur milik Bapak Tinus di Tarus saja?
Saya tidak ingin berpolemik, melainkan hanya ingin bertukar pikiran. Bila magang hanyalah sebuah matakuliah maka sudah sewajarnya diperlakukan sebagaimana matakuliah lainnya. Seperti juga KKN, sudah saatnya diperlakukan sebagai matakuliah biasa yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada jurusan/program studi dengan jadwal yang disesuaikan dengan kalender akademik. Seiring dengan itu, laporan magang seharusnya memuat kegiatan yang diikuti mahasiswa selama melaksanakan magang, bukan melaporkan hasil kegiatan yang merupakan hak institusi di tempat mahasiswa melakukan magang. Bila yang diikuti adalah kegiatan penelitian maka mahasiswa seharusnya melaporkan bagaimana penelitian dilaksanakan, fasilitas apa yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan penelitian, dan bagaimana penelitian dikelola sebagai pelajaran yang tentunya akan bermanfaat bukan hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi kita semua, bagaimana seharusnya mengelola sebuah penelitian. Dengan begitu, melalui magang mahasiswa belajar meneliti, bukannya hanya dengan melaksanakan magang selama hanya satu bulan tiba-tiba mengklaim sebagai peneliti. Atau, apakah hasil adalah segala-galanya sehingga kita bisa menghalalkan segala cara, termasuk melakukan plagiarisme dan mengabaikan hak dasar seorang dosen dengan menjadwalkan pelaksanaan seminar tanpa persetujuan dosen pembimbing? Bila jawaban pertanyaan ini adalah ya, mari kita acuhkan semuanya dan abaikan saja tulisan ini.
Mari ucapkan selamat kepada mahasiswa magang, yang dengan melaksanakan magang selama satu bulan, telah membuat mereka, dengan begitu percaya di depan para dosen, merasa sebagai peneliti. Dan kita, para dosen, yang seharusnya mendidik mereka, bukan hanya mengajar menjadi pintar, justeru menyetujui mereka menggunakan data milik pihak lain sebagai seolah-olah milik mereka sendiri. Kita telah berhasil mentransformasi mereka begitu hebat, hanya dalam waktu satu bulan ... Dan magang telah menjadi instrumen pendidikan transformasional yang begitu berhasil.
2 komentar:
Nampkanya ada semacam kegamangan dalam pelaksanaan mata kuliah magang di Faperta Undana. Inilah bukti dari perubahan yang sewenang-wenang dari arah atau orientasi pendidikan tinggi pertanian yang berbasis keilmuan di Indonesia. Berdasarkan trend menurunnya minat masuk ke perguruan tinggi pertanian yang berbasis keilmuan, maka tiba-tiba tercetus ide untuk mereduksi sejumlah program studi yang disertai dengan perubahan kurikulum yang radikal, yang dipaksakan untuk memuat sejumlah mata kuliah yang mengarahkan mahasiswa untuk menjadi praktisi dan berjiwa enterpreneurship. Akhirnya, beda antara pendidikan keilmuan dan pendidikan profesi (keahlian) menjadi kabur. Salah satu contoh ya magang tadi.
Membaca paparan Pak Wayan, nampaknya pelaksanaan magang perdana ini belum terencana dengan baik, sehingga arahnya menjadi melenceng. Ke depan, perlu terlebih dahulu melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan fakultas/jurusan/program studi dengan tenaga akademik dan para mahasiswa agar mempunyai persepsi yang sama tentang mata kuliah magang ini. Magang tentunya tidak sama dengan melakukan penelitian, tetapi menurut hemat saya lebih kepada bagaimana menambah wawasan tentang hal-hal yang bersifat aplikatif, terutama dalam mebangun jiwa kewirausahaan atau enterpreneurship tadi. Oleh karena itu ia harus direncanakan dengan baik sebelum berangkat ke tempat magang. Di sinilah kehadiran seorang pembimbing diperlukan, mulai dari penyusunan rencana kegiatan magang, pelaksanaan, dan pelaporan. Dengan demikian peserta magang tidak datang tanpa konsep sehingga kemudian menjadi semacam "kuli" di tempat ia magang.
Fakultas bekerjasama dengan jurusan/program studi sebaiknya segera menyusun dan menerbitkan panduan baku tentang mata kuliah magang ini, sehingga tidak melenceng ke sana ke mari, apalagi sampai terjadi plagiarisme seperti diuraikan di atas.
Dengan semangat kebersamaan, semuanya pasti bisa terwujud. Pengalaman perdana ini tentunya akan menjadi guru yang baik. Selamat Bekerja dan Salam Sukses!
Seorang kolega yang tidak mau disebutkan namanya berkomentar singkt, "Kita bangga ketika orang tertawa di depan kita, padahal orang menertawakan kita".
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.