Selamat Datang

Terima kasih Anda sudah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang sedang saya bimbing menyusun proposal penelitian dan menyusun skripsi. Meskipun demikian, blog ini terbuka bagi siapa saja yang berkenan memanfaatkan. Agar bisa melakukan perbaikan, saya sangat mengharapkan Anda menyampaikan komentar di bawah tulisan yang Anda baca. Selamat berselancar, silahkan klik Daftar Isi untuk memudahkan Anda menavigasi blog ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 07 Juli 2012

Menulis dalam Bahasa Indonesia Saja Kacau, padahal Mau Menjadi Global Oriented University

Pada suatu watu, saya menghadiri sebuah seminar. Seorang peserta bertanya mengenai penggunaan istilah, "Mana yang benar, pengendalian hayati, pengendalian biologis, atau pengendalian biologi?" Pemrasaran menjawab secara sambil lalu, "Itu hanya penggunaan istilah". Pada kali lain, seorang teman mengirimkan naskah karya ilmiahnya kepada saya untuk meminta masukan. Setelah saya baca, saya mengerti isinya sangat bagus. Sayang, cara teman saya memilih kata-kata, cara dia menyusun kalimat, cara dia menata alinea, menjadikan karya ilmiah yang seharusnya menarik menjadi membosankan.


Kemampuan menulis ditentukan pertama oleh penguasaan kosa kata. Bukan sembarang kata-kata tentu saja, sebab kata dalam suatu bahasa dapat merupakan kata baku dan bukan baku. Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui suatu kata merupakan kata baku atau bukan kata baku? Jawabannya, tentu saja harus memeriksanya di kamus. Untuk bahasa Indonesia, kita dapat memeriksanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Merepotkan? Sekarang tidak lagi, silahkan saja masuk ke situs web Kamus Indonesia Online dan ketikkan kata yang perlu kita periksa di kotak Kata yang dicari lalu klik Cari definisi. Periksa misalnya, mana yang benar atmosfir atau atmosfer, tropika atau tropik, metamorfosa atau metamorfosis, analisa atau analisis dan seterusnya. Bagaimana kita bisa menulis dengan baik bila kita tidak bisa membedakan 'tak' dari 'tidak', 'tetapi' dari 'namun', 'sekali-sekali' dari 'sekali-kali'.

Bahasa Indonesia, sebagaimana juga dengan bahasa lainnya, mempunyai sejumlah kata yang mempunyai ejaan dan makna yang membingungkan. Coba saja tanyakan kepada diri sendiri, apa beda antara 'ampu' dan 'ampuh', antara 'sangga' dan 'sanggah', antara 'tuju' dan 'tujuh', antara 'ubah' dan 'rubah'? Dosen mengampu matakuliah, tetapi dokter meresepkan obat yang ampuh. Orang miskin menyangga rumahnya dengan batang bambu supaya tidak roboh, tetapi Anda menyanggah pendapat orang lain. Orang berangkat menuju kampung halaman, tetapi enam ditambah satu menjadi tujuh. Perantau ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik, bukan merubah, sebab kalau merubah maka akan menjadi binatang yang bernama rubah. Ini baru beberapa kata sederhana, belum kalau kita menghadapi kata-kata rumit dalam menulis karya ilmiah. Silahkan periksa daftar kata baku dan tidak baku dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia 1 untuk memulai.

Kata teman saya yang orang bule, dia mengalami kesulitan mempelajari bahasa Indonesia karena adanya awalan dan akhiran (dan juga sisipan). Bahasa Inggris memang juga mempunyai awalan dan akhiran, tetapi penggunaannya tidak seberpengaruh sebagaimana dalam bahasa Indonesia. Tapi kita bukan orang bule, kita sudah belajar Bahasa Indonesia sejak taman kanak-kanan. Tetapi mengapa pula sampai tidak bisa membedakan 'di' sebagai kata depan dan sebagai awalan. Padahal sebenarnya mudah saja membedakannya, 'di' di depan kata kerja bisa dipastikan merupakan awalan sehingga penulisannya harus dirangkaikan. Di di depan kata-kata lainnya sangat mungkin merupakan kata depan sehingga harus dituliskan terpisah. Belum lagi membedakan akhiran '-kan' dengan akhiran '-i', sehingga menjadi bingung memaknai beda antara 'memenangkan' dan 'memenangi'.

Selain lain kosa kata, tentu saja kita juga harus menguasai peristilahan dalam bidang yang kita tulis. Saat ini sudah terbit kamus istilah berbagai bidang ilmu. Seorang teman saya berkilah, "Banyak sekali bukunya, mana mahal pula!" Karena ditulis untuk setiap bidang ilmu, tentu saja kamus istilah menjadi banyak. Kalau Anda adalah seorang yang sering menulis dalam bidang pertanian, saya kira apa salahnya membeli kamus istilah dalam bidang pertanian dan biologi. Kalau enggan, dengan alasan perlu menabung untuk membeli rumah dan mobil, alternatifnya adalah mengunjungi situs web Pedoman Pembakuan Istilah, supaya bisa mengerti mengapa 'efektif', setelah ditambah '-itas', berubah menjadi 'efektivitas'. Atau coba sekali-sekali membaca Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2009), supaya bisa tahu mengapa 'Soe', nama ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan, berubah menjadi 'soe' dalam 'jeruk keprok soe' (nama varietas jeruk). Kita dapat mempelajari beberapa beberapa istilah yang baru dibakukan dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia 1.

Persoalan kosa kata hanya titik awal. Kata-kata berdiri sendiri-sendiri dengan beberapa makna. Kata-kata akan memberikan makna tertentu setelah dirangkai menjadi kalimat. Kita sudah belajar sejak dari sekolah dasar bahwa kalimat terdiri atas subyek dan predikat. Subyek terdiri atas kata benda atau kata ganti, predikat terdiri atas kata kerja atau kata yang difungsikan demikian. Tetapi ketika menulis skripsi, kita masih saja menulis, 'Tujuan penelitian ini yaitu ...' atau 'Penelitian ini bertujuan yaitu ...'. Saya sering bertanya-tanya, nilai Bahasa Indonesia 8, tapi masih saja menulis seperti itu. bagaimana kalau nilainya hanya 6? Lagipula, ini baru kalimat tunggal, bagaimana kalau harus menulis kalimat majemuk? Jangan kemudian heran bila dalam tulisan karya ilmiah kita bisa menemukan kalimat, 'Produksi jagung di Provinsi NTT lebih rendah daripada Jawa Timur'. Dari sisi logika saja, kalau masih ada yang mau menggunakan logika, kita akan bertanya, bagaimana bisa produksi jagung dibandingkan dengan provinsi?

Mungkin karena kurang memahami dengan baik struktur subyek sebagai yang diterangkan dan predikat sebagai yang menerangkan maka kemudian kita sering menyusun kalimat yang rancu. Tengok saja misalnya tulisan di skripsi atau laporan penelitian, kalimat, "Menurut A mengatakan bahwa ..." Coba kita tanyakan, siapa yang mengatakan, 'Menurut' atau 'A' atau 'Menurut A'? Padalah yang sebenarnya mengatakan adalah A, sehingga kita seharusnya menulis, "A mengatakan bahwa ..." atau "Menurut A, ...". Mungkin lebih tepat 'menyatakan', sebab sesungguhnya kita membaca tulisan A, bukan mendengarkan A berkata-kata. Tetapi begitulah, kita merasa bahasa Indonesia adalah bahasa kita sendiri, sehingga dengan sendirinya kita tahu. Kita bangga berhasil masuk jurusan IPA karena merasa IPA mengandalkan logika. Kita pun lalu lupa menggunakan logika dalam menggunakan bahasa sehingga menulis, "Hasil penelitian ini didukung oleh A (2005)", padahal tahu laporan penelitiannya 2010. Bagaimana mungkin orang yang menulis lebih dahulu mendukung hasil penelitian yang ditulis kemudian? Contoh kalimat baku dan tidak baku dapat dipelajari dalam Buku Praktis Bahasa Indonesia 1.

Untuk membuat tulisan yang baik, dan tentu saja untuk mempermudah pembaca memahami, kita perlu menata tulisan ke dalam sejumlah alinea. Alinea bukanlah sekedar gabungan beberapa kalimat. Kita seharusnya membuat alinea sebagai struktur tulisan. Bila kata-kata adalah batako, kalimat adalah dinding atau kusen pintu, maka alinea adalah rangka bangunan. Karena itu, kita menggunakan alinea untuk mengusung topik tertentu sebab kita tidak bisa mencampur bahan tembok untuk membuat kusen pintu.  Karena itu pula kita perlu terlebih dahulu membuat kalimat inti dan kemudian baru menyusun kalimat lain untuk mendukung kalimat inti dalam menguraikan topik alinea. Selain itu, supaya alinea tidak terputus dari aline sebelum dan sesudahnya, kita perlu membuat kalimat untuk menata alur penulisan.

Menulis, meskipun sering diremehkan, sesungguhnya memang tidak semudah yang dianggap banyak orang. Ketika dahulu Anda berhasil masuk ke jurusan IPA di SMA, mungkin Anda merasa lebih hebat dari teman-teman yang hanya bisa masuk jurusan bahasa. Teman saya, sekarang seorang sastrawan, dahulu dipaksa masuk jurusan IPA oleh orang tuanya. Saya tahu, kita di Fakultas Pertanian, bukan merupakan lulusan SMA jurusan bahasa. Karena itu pula, barangkali, maka banyak di antara kita yang bahkan tidak tahu sekedar menggunakan tanda baca dengan benar. Berapa di antara kita masih saja menuliskan 'berkali - kali' alih-alih 'berkali-kali', 'sebagai berikut :' alih-alih 'sebagai berikut:', 'mengapa demikian ?' alih-alih 'mengapa demikian?' Perhatikan bagaimana tanda baca seharusnya kita letakkan. Atau bukan karena kita tidak tahu, melainkan mungkin ini merupakan pertanda bahwa kita memang lebih suka tidak mematuhi daripada mematuhi aturan. Penggunaan tanda baca sudah diatur dengan jelas dan tegas dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2009, tetapi kita masih saja mengorupsinya. Sebelum menutup tulisan ini, jangan lupa baca Buku Praktis Bahasa Indonesia 2.

Bila Anda adalah mahasiswa, apalagi mahasiswa yang saya bimbing, silahkan baca tulisan ini dengan seksama. Bila perlu, buka tautan (link) yang saya sertakan. Untuk menunjukkan bahwa Anda adalah pembaca blog yang baik, adalah mahasiswa yang ingin terus belajar bila Anda adalah kebetulan mahasiswa bimbingan saya (Silvanus, Angelinus, Yaved, Jeverson, Adolfus), silahkan sampaikan komentar pada kotak komentar di bawah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.

Bila Anda perlu membuat deskripsi tanaman sebagai bagian dari penyusunan proposal penelitian atau skripsi, kunjungi blog Tanaman Kampung atau Tumbuhan Bali, mudah-mudahan bisa membantu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites