Selamat Datang

Terima kasih Anda sudah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang sedang saya bimbing menyusun proposal penelitian dan menyusun skripsi. Meskipun demikian, blog ini terbuka bagi siapa saja yang berkenan memanfaatkan. Agar bisa melakukan perbaikan, saya sangat mengharapkan Anda menyampaikan komentar di bawah tulisan yang Anda baca. Selamat berselancar, silahkan klik Daftar Isi untuk memudahkan Anda menavigasi blog ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 11 Juni 2011

Seminar: Bagaimana Semestinya?

Seminar merupakan bagian penting dari kegiatan ilmiah. Seminar dapat dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran, misalnya seminar proposal penelitian skripsi dan seminar skripsi. Seminar juga dilakukan untuk membahas suatu topik tertentu dengan melibatkan para pakar, misalnya seminar2011 Science Exchange di Barossa Valley, Southern Australia, tempat saya mempresentasikan makalah mengenai tatakelola ketahanan hayati jeruk di Timor Barat. Seminar, tentu saja, dilakukan dengan mengikuti aturan tertentu, yang ditetapkan oleh panitia seminar dan kemudian pelaksanaannya ditegakkan oleh moderator. Namun demikian, ada beberapa aturan umum yang berlaku tanpa diatur oleh panitia maupun oleh moderator.


Seminar sebenarnya merupakan proses komunikasi oral. Artinya, yang dipentingkan dalam seminar adalah kemampuan mengkomunikasikan pokok pikiran dengan cara penyaji berbicara di depan umum dan peserta mendengarkan. Oleh karena itu, penyaji menyajikan pokok pikirannya menggunakan slide presentasi. Seminar seharusnya dilakukan bukan dengan cara penyaji berbicara tetapi peserta sibuk sendiri membaca makalah. Untuk menghindarkan hal ini maka kepada peserta hanya dibagikan abstrak yang terdiri atas sekitar 250 kata. Dengan jumlah kata yang terbatas pada abstrak yang dibagikan maka peserta seminar dengan sendirinya harus mendengarkan apa yang disampaikan oleh penyaji.

Berdasarkan atas apa yang didengar dari penyaji kemudian peserta bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahami atau hal-hal yang diinginkan untuk memperoleh klarifikasi lebih lanjut dari penyaji. Peserta seminar bukanlah penguji, sehingga pertanyaan yang diajukannya kepada penyaji bukan untuk menguji apalagi menyalahkan. Oleh karena itu pertanyaan peserta sedapat mungkin harus ringkas dan mudah dimengerti oleh penyaji sehingga penyaji dapat memberikan tanggapan balik dengan tepat. Dalam bertanya, peserta tidak seharusnya menggurui, tidak seharusnya memamerkan dirinya hebat. Bila dirinya memang hebat maka seharusnya dialah yang menyajikan makalah.

Lain di Australia, lain pula di Indonesia. Seminar di Indonesia seringkali tidak ada bedanya dengan ujian terbuka dengan penyaji sebagai orang yang diuji dan peserta sebagai penguji yang beramai-ramai mengeroyok penyaji. Lebih tepatnya, sering terjadi penyaji sebagai terdakwa dan peserta sebagai jaksa penuntut umum merangkap sebagai hakim. Untuk mempertahankan dirinya, penyaji diharuskan menyiapkan makalah lengkap, bukan sekedar abstrak. Makalah lengkap itu kemudian dijadikan sarana oleh peserta untuk menguji penyaji. Kalau penyaji tidak siap maka dia pun menjadi terpidana "yang tidak menguasai masalah". Dengan cara seperti ini, komunikasi oral dua arah yang diharapkan terjadi antara penyaji dan peserta tidak tercapai.

Bila seminar dilakukan sebagai proses pembelajaran, seperti halnya pada seminar proposal penelitian dan seminar skripsi, pembagian makalah lengkap menyebabkan mahasiswa seminar lebih sibuk membaca makalah daripada mendengarkan apa yang disampaikan penyaji. Kemudian mahasiswa peserta mengajukan pertanyaan berdasarkan apa yang dibacanya, bukan berdasarkan apa yang didengarkannya. Mahasiswa peserta pun bertanya seakan-akan sebagai penguji, dengan mempersilahkan penyaji melihat halaman sekian pada makalahnya. Padahal dalam seminar, karena penyaji berbicara, mahasiswa peserta seharusnya menanyakan apa yang didengar dari pembicaraannya. Dengan mahasiswa peserta bertanya berdasarkan apa yang dibacanya pada makalah maka tujuan seminar untuk melatih komunikasi oral secara dua arah menjadi tidak tercapai.

Tetapi apakah mahasiswa salah? Panitia seminar sendiri, yang notabene bukan tidak mungkin pernah mengikuti seminar di luar negeri, yang juga sebenarnya bukan tidak mengerti apa sebenarnya tujuan seminar, tidak pernah melakukan perubahan. Bila mahasiswa tidak diberitahu bagaimana seminar seharusnya dilakukan, bahwa seminar sebenarnya bukanlah untuk menguji penyaji melainkan untuk komunikasi dua arah, bukan tidak mungkin seminar di Indonesia akan menjadi bahan tertawaan di luar negeri.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.

Bila Anda perlu membuat deskripsi tanaman sebagai bagian dari penyusunan proposal penelitian atau skripsi, kunjungi blog Tanaman Kampung atau Tumbuhan Bali, mudah-mudahan bisa membantu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites