Selamat Datang

Terima kasih Anda sudah berkenan berkunjung. Blog ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang sedang saya bimbing menyusun proposal penelitian dan menyusun skripsi. Meskipun demikian, blog ini terbuka bagi siapa saja yang berkenan memanfaatkan. Agar bisa melakukan perbaikan, saya sangat mengharapkan Anda menyampaikan komentar di bawah tulisan yang Anda baca. Selamat berselancar, silahkan klik Daftar Isi untuk memudahkan Anda menavigasi blog ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 05 Juni 2011

Bagaimana Melarang Belalang Kembara Merayap dan Terbang Supaya Semua Petak dalam Satu Blok Benar-benar Homogen?

Siapa yang bisa menyusuh mereka
berumus sama dan berukuran sama
sebelum diberi perlakuan?
Dahulu, ketika saya masih mahasiswa S1, saya menyenangi matakuliah perancangan percobaan. Bagi saya ketika itu, meneliti berarti melakukan percobaan dan percobaan berarti rancangan. Dan rancangan percobaan berarti statistika. Sungguh, ketika itu saya memang benar-benar kepincut dengan statistika. Mungkin ini juga karena kekeliruan yang bermanfaat. Betapa tidak? Ketika kemudian saya melanjutkan studi ke jenjang S2 barulah saya tahu bahwa apa yang diajarkan kepada saya melalui matakuliah perancangan percobaan ketika masih mahasiswa S1 sebenarnya adalah statistika, statistika, dan statistika. Dari pertemuan tatap muka pertama sampai ujian akhir semester isinya statistika dan yang diujikan juga statistika. Apakah matakuliah perancangan percobaan sekarang isinya masih tetap sama, saya sendiri tidak tahu karena sudah sejak sangat lama saya tidak lagi mengajar matakuliah itu.


Pemahaman saya tentang perancangan percobaan berubah total pada saat saya studi S2. Ketika itu saya diwajibkan mengambil matakuliah statistika lanjutan yang setelah saya ikuti ternyata isinya persis sebagaimana yang telah saya pelajari ketika menjadi mahasiswa S1. Karena itu tidak mengherankan saya lulus A+ dengan hanya sedikit kesulitan, yaitu kesulitan belajar menggunakan komputer untuk mengoperasikan program aplikasi SAS (Statistical Analysis System). Maklum, ketika saya masih mahasiswa S1, komputer masih baru terdengar namanya. Tetapi kesulitan itu pun ada positifnya, karena hanya dengan begitu maka saya menjadi melek komputer (computer literate). Kembali ke persoalan perancangan percobaan, setelah saya menjadi teaching assistant (TA) matakuliah statistika lanjutan tersebut, saya memperoleh kesempatan untuk mengikuti kuliah tanpa harus melakukan registrasi (sit in). Saya pun kemudian menjadi tahu bahwa merancang percobaan ternyata jauh dari sekedar mengetahui analisis ragam dan uji lanjut (yang dimaksud biasanya terbatas pada uji pemisahan rerata, padahal masih ada uji lanjut lain).

Pada saat mengikuti kuliah perancangan percobaan itulah baru saya mengerti apa yang ketika saya masih mahasiswa S1 saya hanya bisa menyebutnya dengan gagah tanpa benar-benar mengerti apa arti sebenarnya, yaitu istilah homogen. Ketika masih mahasiswa S1 saya sering berdebat dalam seminar penelitian mahasiswa mengenai masalah homogen ini karena saya tidak sependapat dengan banyak teman bahwa kalau percobaan dilakukan di dalam ruangan pasti asumsi homogenitas dipenuhi sehingga rancangan untuk mengatasi masalah keadaan tidak homogen hanya diperlukan pada percobaan lapangan. Meskipun demikian, sebenarnya saya tetap tidak benar-benar memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan homogen sampai ketika, kemudian, saya melakukan percobaan untuk penelitian S2 mengenai pemodelan pemencaran spora jamur Septoria apiicola pada tanaman seledri (bukan seleriac yang di Indonesia biasa disebut seledri).

Percobaan saya lakukan di lahan milik balai penelitian Agriculture Canada di luar kota Montreal. Tentu saja saya harus menggunakan rancangan acak kelompok (randomized complete block design) untuk memungkinkan petak-petak perlakuan dalam satu blok lebih homogen. Setelah saya berkonsultasi dengan pembimbing saya, yang kebetulan adalah profesor statistika yang beberapa matakuliahnya telah saya ambil, apa lacur, ternyata menurut dia, rancangan acak kelompok memang bisa digunakan, tetapi belum cukup. Mendapat pernyataan begitu tentu saya tidak bisa menerima begitu saja (kebetulan profesor saya ini model profesor Amerika betul, tidak pernah marah kalau mahasiswanya mendebat dia). Lama juga perdebatan berlangsung, tetapi pada akhirnya segala argumentasi yang saya kemukakan menjadi mentah ketika dia mengatakan, “Ukuran petak kamu hanya 10 m x 20 m, apa kamu bisa melarang spora jamur pindah dari petak satu ke petak lainnya dalam blok yang kamu katakan homogen? Kamu meneliti spora jamur, bukan meneliti tanaman seledri!”

Banyak hal yang kemudian dapat saya pelajari dari perdebatan singkat itu, khususnya mengenai statistika. Statistika memang diperlukan, tetapi belum cukup untuk membuat suatu penelitian menjadi ilmiah. Pada akhirnya, yang lebih menentukan adalah cara kita mengatasi permasalahan teknis pelaksanaan dan substansi permasalahan penelitian sesuai dengan bidang ilmu yang kita teliti. Teman-teman peneliti bidang agronomi yang fokus penelitiannya adalah tanaman tentu sudah cukup menghadapi permasalahan homogenitas dengan melakukan pemblokan. Hal ini memungkinkan karena tanaman tidak bisa melawan ketika kita mengaturnya dengan cara menanam pada waktu bersamaan dengan jarak yang sama. Berbeda dengan spora jamur, kita tidak tahu kapan akan datang, berapa banyak, menyebar merata atau bagaimana, dst. Lagipula, karena spora tidak selalu diam di tempat sebagaimana halnya tanaman maka memang tidak mungkin bisa melarangnya untuk berpindah dari satu petak ke petak lain dalam blok yang sama. Kalau kemudian spora diam-diam berpindah, lantas bagaimana semua petak dalam satu blok dapat dijamin homogen?

Untuk mengatasi masalah ini profesor pembimbing saya menyarankan agar petak dibuat lebih besar dan di sekliling petak ditanam tanaman penyekat. Katanya ini untuk menjamin spora dari satu petak tidak dengan cepat dapat berpindah ke petak lain. Persoalannya adalah, dengan menambah ukuran petak berarti ukuran blok dengan sendirinya juga menjadi besar sehingga perbedaan keadaan lingkungan antara bagian blok yang saling berjauhan menjadi semakin besar pula. Petak berukuran besar juga akan memerlukan biaya lebih besar dan tenaga lebih banyak. Permasalahan baru pun kemudian muncul, pengamatan menjadi sangat melelahkan sehingga akurasi data menjadi terancam. Ujung-ujungnya, statistika hanya dapat memberikan rambu-rambu, sama sekali tidak bisa membuat penelitian menjadi ilmiah hanya dengan menerapkan prinsip-prinsip statistika.

Bila spora jamur yang hanya bisa berpindah dengan bantuan angin saja sudah begitu memusingkan, lantas bagaimana pula dengan belalang kembara (Locusta migratoria) yang dapat merayap dan terbang sendiri? Maka saya tidak pernah bisa membayangkan kalau ada peneliti yang menggunakan ukuran petak 10 m x 20 m untuk meneliti penggunaan bioinsektisida untuk mengendalikan belalang tersebut. Belalang yang diamati mati pada satu petak bukan tidak mungkin adalah belalang yang sebelumnya disemprot pada petak yang lain. Alhasil, bioinsektisida yang disemprotkan pada petak B yang kemudian disimpulkan paling efektif, bukan tidak mungkin bisa demikian karena pada petak tersebut berkumpul belalang mati yang ketika penyemprotan berada pada petak C atau A di sebelahnya atau bahkan dari petak D yang berada lebih jauh. Ketika hal ini saya tanyakan kepada penelitinya, jawaban yang saya terima benar-benar di luar yang saya harapkan, “Hasil analisis data yang saya lakukan dengan SPSS menunjukkan bahwa perlakuan pada petak B memang berbeda sangat nyata dengan perlakuan pada semua petak lainnya”. SPSS (Statistical Package for Social Sciences) adalah program aplikasi analisis statistika lain yang banyak digunakan di Indonesia. Karena saya hanya mengerti SAS, saya tidak tahu apakah SPSS bisa melarang belalang kembara merayap dan terbang dari satu petak ke petak lain sehingga hasil berbeda nyata yang diberikannya benar-benar karena perlakuan yang diberikan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.

Bila Anda perlu membuat deskripsi tanaman sebagai bagian dari penyusunan proposal penelitian atau skripsi, kunjungi blog Tanaman Kampung atau Tumbuhan Bali, mudah-mudahan bisa membantu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites