Pada hari Sabtu 29 Oktober 2011 saya diminta untuk menilai karya ilmiah mahasiswa Faperta Undana. Beberapa hari sebelumnya, seorang mahasiswa, Saul T. Takalapeta, meminta saya untuk membimbing karya ilmiah dengan judul Pengembangan Beauveria bassiana sebagai Biopestisida. Selama saya duduk menyaksikan presentasi karya ilmiah, saya sungguh dibuat terheran-heran, apakah mahasiswa yang mempresentasikan karya ilmiah ini, atau juga mahasiswa pada umumnya, sebenarnya memahami apa yang disebut karya ilmiah atau tidak?
Karya ilmiah dibuat oleh mahasiswa sekedar dengan mengumpulkan pustaka dan kemudian menyalin isi pustaka ke dalam karya ilmiah yang dibuat. Karya ilmiah yang dibuat sama sekali tidak menyoroti suatu permasalahan secara terfokus. Sebagai contoh adalah karya ilmiah dengan judul Pengembangan Beauveria bassiana sebagai Biopestisida tadi, tidak jelas apa sebenarnya permasalahan yang ingin dikupas. Mengapa demikian? Karena tulisan mengenai hal yang sama sudah sangat banyak, tidak perlu lagi ada satu orang menambah hal yang sudah ditulis oleh sekian banyak orang. Topik yang sama dapat dibuat menjadi karya ilmiah seandainya judulnya adalah Pembuatan Biopestisida Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga atau bahkan lebih spesifik lagi Penggunaan Umbi Dioscorea alata sebagai Carrier Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga.
Dalam suatu karya ilmiah harus ada ide yang menjadi benang merah. Pada karya ilmiah Saul T. Takalapeta ide tersebut tidak ada, yang ada hanyalah mengumpulkan pustaka. Bandingkan misalnya dengan seseorang yang mengumpulkan botol plastik bekas dari rumah ke rumah. Bagi pengumpul botol plastik ini, yang penting hanyalah mengumpulkan botol bekas sebanyak-banyaknya. Untuk apa botol bekas dikumpulkan bukanlah urusan dia. Bagi seorang mahasiswa tentu saja seharusnya tidak demikian. Seorang mahasiswa seharusnya berpikir dahulu untuk apa botol bekas dikumpulkan baru kemudian melakukan pengumpulan. Dalam hal membuat karya ilmiah, seorang mahasiswa seharusnya memikirkan dahulu idenya apa, baru kemudian mengumpulkan pustaka yang diperlukan.
Ide tentu saja harus orisinal dari mahasiswa sendiri, tidak boleh dari pihak lain. Apa idenya kalau judul karya ilmiah adalah Pengembangan Beauveria bassiana sebagai Biopestisida? Lain halnya kalau judulnya adalah Pembuatan Biopestisida Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga, idenya adalah mengubah pembuatan biopestisida yang selama ini dilakukan di lab menjadi dilakukan sendiri oleh petani. Mungkin ide ini masih belum terlalu orisinal. Untuk membuat lebih orisinal, judul dapat diubah menjadi Penggunaan Umbi Dioscorea alata sebagai Carrier Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga. Judul terakhir ini juga sebenarnya belum terlalu orisinal, tapi tentu saja masih lebih orisinal daripada menggunakan jagung sebagai bahan carrier.
Tentu saja kegagalan mahasiswa memaknai secara benar apa sebenarnya karya ilmiah bukan kesalahan mahasiswa sendiri. Penyelenggaraannya patut mendapat acungan jempol, tetapi terbalik. Bagaimana mungkin seseorang dapat menulis sebuah karya ilmiah dalam waktu hanya seminggu? Apa gunanya ada dosen pembimbing jika seluruh saran yang diberikan oleh dosen tidak dapat digunakan mahasiswa karena waktunya sangat terbatas? Yang lebih fundamental justeru apa gunanya kegiatan seperti ini jika pada akhirnya mahasiswa hanya akan mengulangi kesalahan yang sama dari tahun ke tahun. Keledai saja tidak mau terjerembab ke dalam luang yang sama dua kali. Tapi kita justeru menuntun mahasiswa kita masuk lubang yang sama dari tahun ke tahun.
Kegiatan seperti ini akan lebih bermakna sebagai ajang pembelajaran bila diselenggarakan dalam bentuk lokakarya (maaf, ini juga bukan orisinal karena meniru kegiatan Eagle Award-nya MetroTV). Sebelum membuat karya ilmiah mahasiswa terlebih dahulu diberikan sedikit pencerahan mengenai apa sebenarnya karya ilmiah, bagaimana menemukan dan merumuskan masalah, apa itu metode kajian pustaka, bagaimana melakukan pereferensian dengan benar, apa perbedaan antara tinjauan pustaka dengan pembahasan, dst. Dengan begitu maka di kegiatan akan ada proses pembelajaran, bukan hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi dosen. Siapa tahu, bukan tidak mungkin dosen juga ada yang belum paham apa itu sebenarnya karya ilmiah. Maaf bila ada yang merasa tidak enak, meskipun blak-blakan, tulisan ini dibuat dengan maksud untuk membangun.
Karya ilmiah dibuat oleh mahasiswa sekedar dengan mengumpulkan pustaka dan kemudian menyalin isi pustaka ke dalam karya ilmiah yang dibuat. Karya ilmiah yang dibuat sama sekali tidak menyoroti suatu permasalahan secara terfokus. Sebagai contoh adalah karya ilmiah dengan judul Pengembangan Beauveria bassiana sebagai Biopestisida tadi, tidak jelas apa sebenarnya permasalahan yang ingin dikupas. Mengapa demikian? Karena tulisan mengenai hal yang sama sudah sangat banyak, tidak perlu lagi ada satu orang menambah hal yang sudah ditulis oleh sekian banyak orang. Topik yang sama dapat dibuat menjadi karya ilmiah seandainya judulnya adalah Pembuatan Biopestisida Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga atau bahkan lebih spesifik lagi Penggunaan Umbi Dioscorea alata sebagai Carrier Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga.
Dalam suatu karya ilmiah harus ada ide yang menjadi benang merah. Pada karya ilmiah Saul T. Takalapeta ide tersebut tidak ada, yang ada hanyalah mengumpulkan pustaka. Bandingkan misalnya dengan seseorang yang mengumpulkan botol plastik bekas dari rumah ke rumah. Bagi pengumpul botol plastik ini, yang penting hanyalah mengumpulkan botol bekas sebanyak-banyaknya. Untuk apa botol bekas dikumpulkan bukanlah urusan dia. Bagi seorang mahasiswa tentu saja seharusnya tidak demikian. Seorang mahasiswa seharusnya berpikir dahulu untuk apa botol bekas dikumpulkan baru kemudian melakukan pengumpulan. Dalam hal membuat karya ilmiah, seorang mahasiswa seharusnya memikirkan dahulu idenya apa, baru kemudian mengumpulkan pustaka yang diperlukan.
Ide tentu saja harus orisinal dari mahasiswa sendiri, tidak boleh dari pihak lain. Apa idenya kalau judul karya ilmiah adalah Pengembangan Beauveria bassiana sebagai Biopestisida? Lain halnya kalau judulnya adalah Pembuatan Biopestisida Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga, idenya adalah mengubah pembuatan biopestisida yang selama ini dilakukan di lab menjadi dilakukan sendiri oleh petani. Mungkin ide ini masih belum terlalu orisinal. Untuk membuat lebih orisinal, judul dapat diubah menjadi Penggunaan Umbi Dioscorea alata sebagai Carrier Beauveria bassiana Skala Rumah Tangga. Judul terakhir ini juga sebenarnya belum terlalu orisinal, tapi tentu saja masih lebih orisinal daripada menggunakan jagung sebagai bahan carrier.
Tentu saja kegagalan mahasiswa memaknai secara benar apa sebenarnya karya ilmiah bukan kesalahan mahasiswa sendiri. Penyelenggaraannya patut mendapat acungan jempol, tetapi terbalik. Bagaimana mungkin seseorang dapat menulis sebuah karya ilmiah dalam waktu hanya seminggu? Apa gunanya ada dosen pembimbing jika seluruh saran yang diberikan oleh dosen tidak dapat digunakan mahasiswa karena waktunya sangat terbatas? Yang lebih fundamental justeru apa gunanya kegiatan seperti ini jika pada akhirnya mahasiswa hanya akan mengulangi kesalahan yang sama dari tahun ke tahun. Keledai saja tidak mau terjerembab ke dalam luang yang sama dua kali. Tapi kita justeru menuntun mahasiswa kita masuk lubang yang sama dari tahun ke tahun.
Kegiatan seperti ini akan lebih bermakna sebagai ajang pembelajaran bila diselenggarakan dalam bentuk lokakarya (maaf, ini juga bukan orisinal karena meniru kegiatan Eagle Award-nya MetroTV). Sebelum membuat karya ilmiah mahasiswa terlebih dahulu diberikan sedikit pencerahan mengenai apa sebenarnya karya ilmiah, bagaimana menemukan dan merumuskan masalah, apa itu metode kajian pustaka, bagaimana melakukan pereferensian dengan benar, apa perbedaan antara tinjauan pustaka dengan pembahasan, dst. Dengan begitu maka di kegiatan akan ada proses pembelajaran, bukan hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi dosen. Siapa tahu, bukan tidak mungkin dosen juga ada yang belum paham apa itu sebenarnya karya ilmiah. Maaf bila ada yang merasa tidak enak, meskipun blak-blakan, tulisan ini dibuat dengan maksud untuk membangun.
4 komentar:
"Bagaimana mungkin seseorang dapat menulis sebuah karya ilmiah dalam waktu hanya seminggu?"
UTS ada soal ttg pereferensian, digabung dg soal pgembangan gagasan. byangkan, hrus mbuat preferensian dg topik n kutipan yg udh dsediakn dlm wktu hnya bbrapa menit!!
Maaf pak, kalau boleh tau sbenarnya pereferensian itu yg seperti apa? Bagaimana cara membuat pereferensian yang benar berdasarkan unsur pereferensian seperti sitasi, interprretasi, relevansi, komparasi, dan interferensi?
-JKL-
Pereferensian adalah cara mencantumkan sumber ketika kita mengutip sumber pada saat membuat tulisan ilmiah, entah itu tugas, karya ilmiah, proposal, atau skripsi, dan aturan yang harus diikuti ketika merujuk dan menyusun daftar pustaka. Pereferensian dilakukan dengan mengikuti gaya tertentu, misalnya gaya American Psichological Association atau yang dikelan dengan APA Style. Dengan mengikuti gaya pereferensian ini, perujukan dapat dilakukan dengan menyebutkan sumber di bagian akhir kalimat yang berisi kutipan, misalnya "... CVPD menyebabkan populasi jeruk keprok di Kabupaten TTS menurun (Mudita, 2011). Dengan mengikuti gaya APA, perujukan juga dapat dilakukan dengan mamsukkan sumber ke dalam kalimat, misalnya "Menurut Mudita (2011), penurunan populasi jeruk di Kabupaten TTS terjadi karena CVPD". Pereferensian juga mencakup bagaimana cara mencantumkan pustaka sumber dalam daftar pustaka. Cara ini berbeda-beda benrgantung pada gaya pereferensian yang digunakan dan jenis sumber yang dirujuk, apakah buku, jurnal, dsb. Silahkan klik tautan (link) yang saya sertakan, misalnya, bila Anda ingin menggunakan gaya APA Edisi 6. Pereferensian dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan program komputer khusus, misalnya Zotero. Silahkan unduh, instalasi, dan pelajari bagaimana menggunakan program aplikasi gratis ini (baca tulisan saya mengenai program ini).
Tentu saja lebih sulit lagi bagi dosen pembimbing magang, yang harus memeriksa laporan magang hanya dalam seminggu untuk diseminarkan secara serentak. Padahal pereferensian laporan magang begitu kacau balau karena di universitas berwawasan global belum digunakan gaya pereferensian baku berstandar global. Lagi pula, banyak dosen dan mahasiswa menganggap;pereferensian sebagai masalah sepele. Bila ingin melakukan pereferensian dengan mudah, silahkan unduh, instalasi, dan pelajari penggunaan program komputer khusus untuk melakukan pereferensian, Zotero. Juga baca tulisan saya mengenai program aplikasi ini.
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar pada kotak di bawah ini.