Selama ini, mahasiswa fakultas pertanian, khususnya Fakultas Pertanian Undana, mengenal hanya data atribut. Data kejadian dan keparahan kerusakan tanaman oleh OPT golongan hama, data kejadian dan keparahan penyakit, data padat populasi OPT golongan hama, data kerapatan (padat populasi) gulma; semuanya merupakan data atribut. Mengapa data atribut? Karena semua data tersebut tidak mempunyai lokasi geografik. Kita tahu ada hama, ada penyakit, ada gulma; tetapi kita tidak tahu penyakit, hama, dan gulma tersebut ada di mana. Ke mana kita harus mencarinya? Mungkin jawabannya adalah di desa A, tetapi di bagian mana wilayah desa A? Di mana pula harus dilakukan pengendalian? Jawabannya juga sama, tidak tahu. Dengan data atribut, kita merasa mengetahui apa yang sesungguhnya kita tidak bisa temukan keberadaannya. Kita mengetahui sesuatu yang berada di awang-awang.
Bagaimana kita 'mendefinisikan' data di fakultas pertanian, sekali lagi khususnya di Faperta Undana, bergantung pada apa yang kita warisi. Maksud saya, kita yang menjadi dosen mewarisi definisi data dari para dosen yang mengajar kita dahulu. Dan kita pun mewariskan apa yang kita warisi dari dosen yang mengajar kita dahulu kembali kepada mahasiswa yang kita ajar sekarang. Begitulah, kita mendewa-dewakan data atribut karena kita diajar untuk begitu dan kemudian mengajar mahasiswa juga menjadi seperti itu. Kita tidak sadar bahwa zaman telah berubah, dan dengan perubahan zaman, kebutuhan akan data juga berubah. Dan seiring dengan perubahan kebutuhan akan data tersebut, seharusnya kita juga berani 'mendefinisikan ulang' data yang kita butuhkan. Kita pun harus 'mendefinisikan ulang' cara kita mengumpulkan, menampilkan, dan menganalisis data.
Tapi melakukan perubahan tidaklah semudah mengatakan ingin berubah. Begitulah maka kita berpegang teguh pada tradisi mengumpulkan sebanyak-banyaknya data atribut. Menyerahkan analisis data atribut kepada analisis statistika dan bila hasil analisis menunjukkan signifikansi maka selesailah sudah. Statistika yang seharusnya menjadi alat telah kita jadikan tujuan. Padahal, apa artinya sesuatu yang signifikan bila kita tidak mengetahui lokasi keberadaannya? Bukankah sesuatu yang signifikan di satu lokasi bisa saja menjadi tidak signifikan di lokasi lain? Andaikan saja lahan tempat pertanian berpijak sehomogen yang dipersyaratkan oleh berbagai teknik analisis statistika, barangkali signifikansi akan lebih bermakna. Begitupun, sepanjang pertanian berurusan dengan permukaan bumi maka seharusnya kita mampu membumikan data. Seharusnya kita tidak hanya berputar-putar terus dari data atribut ke data atribut lain, melainkan mulai memberikan perhatian terhadap di mana data atribut itu membumi.
Saya tidak mengatakan data atribut tidak penting. Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah alangkah baiknya bila data atribut kita berikan aspek spasial; kita berikan kepada data atribut tersebut pijakan di pemukaan bumi. Untuk itu maka sudah sejak beberapa tahun terakhir saya mempunyai mimpi bahwa di fakultas pertanian, selain diajarkan teknik pengumpulan, penyajian, dan analisis data atribut, juga diajarkan teknik pengumpulan, penyajian, dan analisis data spasial. Mengapa? Dahulu, alat penerima SPG (Sistem Pemosisi Global) yang diperlukan untuk mengumpulkan data spasial harganya mahal, kini tidak lagi. Dahulu, program aplikasi untuk menyajikan dan menganalisis data spasial, yang lazim dikenal sebagai SIG (Sistem Informasi Geografik), merupakan program berbayar yang harganya mahal, memerlukan komputer dengan spesifikasi tinggi, dan rumit untuk dipelajari, kini tersedia banyak program aplikasi akses terbuka (gratis) berarsitektur modular sehingga tidak memerlukan komputer canggih dan relatif mudah untuk dipelajari. Dahulu, data spasial jenis raster berupa citra satelit harganya mahal, kini data citra satelit semacam itu juga bisa diperoleh gratis.
Alat penerima SPG diperlukan untuk mengumpulkan data spasial keberadaan tanaman rusak dan keberadaan OPT golongan hama, patogen, dan gulma yang menimbulkan kerusakan. Data spasial tersebut dapat berupa titik, garis, atau area (poligon) berkoordinat geografis. Titik, garis, atau area tersebut dapat ditumpangtindihkan dengan data spasial dasar yang sudah ada, misalnya sungai, gunung, batas wilayah, jalan, dan sebagainya, sehingga, dengan begitu, keberadaan tanaman rusak dan keberadaan OPT golongan hama, patogen, dan gulma yang menimbulkan kerusakan dapat disandingkan dengan berbagai fitur geografis untuk menunjukkan lokasi dengan lebih jelas. Kemudian, dengan menggunakan program aplikasi SIG, dapat dilakukan analisis keruangan, mulai dari yang paling sederhana sekedar untuk menampilkan letak tanaman dengan kategori kerusakan tertentu sampai pada analisis komplek untuk menentukan arah pemencaran OPT (analisis trayektori). Bayangkan Anda sedang meneliti belalang kembara, jenis OPT yang memencar dengan cepat dan dalam wilayah yang luas. Dengan menggunakan analisis trayektori, Anda dapat memprakirakan ke mana gerombolan belalang kembara akan memencar berdasarkan atas pola pemencaran yang telah dipetakan. Dengan begitu maka dapat ditentukan di mana petani perlu disiapkan untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.
Apa yang diperlukan untuk bisa melakukan analisis spasial? Tentu saja, pertama-tama dibutuhkan alat penerima SPG. Selain alat penerima SPG berdiri sendiri yang harganya kini tidak lagi mahal, kini bahkan tersedia alat penerima SPG yang diintegrasikan dengan perangkat telepon seluler atau dengan kamera digital. Menggunakan alat penerima SPG juga tidak sulit, bahkan kini tersedia
buka panduan berbahasa Indonesia dalam format buku elektronik yang dapat diunduh gratis. Untuk menggunakan alat penerima SPG jenis tertentu, saya menyediakan panduan
bagian 1,
bagian 2, dan bagian3. Selain itu, berbagai situs atau blog menyediakan berbagai sumberdaya yang berkaitan dengan penggunaan alat penerima SIG. Bagi Anda yang benar-benar masih sangat pemula, silahkan kunjungi situs
GPS Selayang Pandang di Universitas Colorado. Pada dasarnya, alamat penerima SPG berguna untuk menentukan lokasi di permukaan bumi berdasarkan sistem koordinat dan datum geodetik tertentu. Lokasi di permukaan bumi tersebut merupakan data spasial atau data ruang yang mempunyai atribut tertentu, misalnya koordinat geografik pohon kakao yang mempunyai atribut tingkat kerusakan buah oleh penggerek buah kakao sebesar 15%.
Kedua, dibutuhkan program aplikasi SIG untuk menyajikan dan menganalisis data spasial dan atributnya. Untuk mencatat dan menyajikan data atribut dapat digunakan program aplikasi tabel lajur, misalnya Excel. Dengan menggunakan Excel, Anda dapat menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik (
chart). Untuk menganalisis data atribut, Anda dapat menggunakan banyak program aplikasi statistika, mulai dari yang gratis seperti R sampai yang berbayar seperti SPSS dan SAS. Untuk mencatat, menyajikan, dan menganalisis data spasial dan atributnya sekaligus, Anda memerlukan program aplikasi SIG. Seperti halnya program aplikasi analisis statistika, dahulu tersedia hanya program aplikasi SIG berbayar dengan harga mahal. Kini tidak lagi, tersedia
daftar panjang program aplikasi SIG gratis, yang dioperasikan dengan menggunakan komputer (
Desktop GIS), online (
Web GIS), maupun perangkat telepon seluler (
Mobile GIS). Bila Anda adalah pemula, sebaiknya mulai dengan mempelajari program aplikasi sederhana semacam
OpenJump dan kemudian lanjutkan dengan program aplikasi yang lebih kompleks, misalnya
Quantum GIS.
Program SIG gratis merupakan bagian dari
daftar panjang program gratis yang juga disebut FOSS (
Free and Open Source Software) atau FLOSS (
Free Libre Open Source Software) yang juga disediakan untuk dapat diunduh sebagai LiveDVD (misalnya
OpenDisc,
GIS LiveDVD).
Ketiga, bila tersedia citra satelit akan lebih baik. Anda mungkin sudah biasa menggunakan program aplikasi Google Earth dan Google Maps, keduanya merupakan program aplikasi berbasis citra satelit. Google Earth merupakan program aplikasi yang terpasang di komputer, sedangkan Google Maps merupakan program aplikasi online. Kedua program aplikasi ini sangat bagus untuk menampilkan data spasial, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis. Untuk melakukan analisis data spasial, Anda memerlukan program aplikasi SIG dan untuk melakukan analisis data spasial berbasis citra satelit, Anda tidak bisa menggunakan sembarang program aplikasi SIG, melainkan hanya program aplikasi SIG yang mempunyai kemampuan tersebut. Di antara berbagai program aplikasi SIG gratis, yang mempunyai kemampuan menampilkan dan sekaligus menganalisis data citra adalah
SAGA. Citra satelit dahulu hanya dapat diperoleh dengan membeli, dengan harga mahal pula. Kini dapat diunduh gratis. Silahkan kunjungi
USGS Earth Explorer,
USGS LP-DAAC,
USGS EROS Center,
CGIAR-CSI, dan
PANCROMA.
Untuk lebih memahami data spasial dengan lebih baik, ada baiknya Anda juga mempelajari apa itu
datum geodetik,
sistem koordinat, dan
proyeksi peta. Datum geodetik atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan geometri elipsoid bumi, misalnya WGS 1984 atau World Geodetic System 1984. Sistem koordinat, atau lebih tepatnya sistem koordinat geografik, merupakan cara menyatakan setiap lokasi di permukaan bumi, misalnya koordinat lintang dan bujur serta koordinat
Universal Transverse Mercator dan
Universal Polar Stereographic. Proyeksi peta merupakan cara penggambaran permukaan bumi ke permukaan bidang datar. Ada benyak sistem proyeksi peta, misalnya sistem proyeksi dalam
kategori proyeksi silindris,
kategori proyeksi pseudosilindris, dan
kategori proyeksi azimutal. Semua ini perlu dipahami karena bentuk bumi yang sebenarnya tidak benar-benar elipsoidal dan permukaannya tidak benar-benar rata dipetakan pada permukaan datar dan rata.
Selama satu terakhir ini, sebagai anggota tim penelitian dampak
penambangan mangan di Timor Barat, saya telah membantu menyusun dan menerjemahkan
buku panduan SIG yang disusun oleh Mr. Rohan Fisher, pakar SIG dari
Charles Darwin University. Buku panduan tersebut disusun khusus untuk
pemetaan dan analisis geografik lokasi penambangan mangan dan dampak
yang ditimbulkannya, termasuk dampak terhadap sektor pertanian, dengan
orientasi praktis penggunaan OpenJump, Google Earth, dan SAGA. Dengan
sedikit penyesuaian, buku panduan tersebut dapat Anda gunakan sebagai
panduan penggunaan SIG untuk menampilkan dan menganalisis data spasial
perlindungan tanaman. Silahkan Anda mengunduh buku panduan tersebut
berikut data spasial dasar yang digunakan dalam menggunakan buku panduan untuk mempelajari SIG.
Mungkin Anda merasa belum perlu belajar SIG, tidak apa-apa. Tapi coba bayangkan, apa yang bisa dilakukan bila Anda menguasai SIG. Bila Anda adalah seorang dosen minat perlindungan tanaman, bayangkan suatu saat minat perlindungan tanaman menjadi jurusan dan sebagai ketua jurusan Anda ingin mengembangkan program pemantauan OPT, katakanlah misalnya pemantauan OPT tanaman jagung, secara participatory. Atau bila adalah seorang mahasiswa, bayangkan suatu saat Anda menjadi seorang kepala dinas pertanian dan ingin membuat program pemantauan yang sama. Mungkin Anda pernah mendengar atau bila belum, silahkan kunjungi layanan
FontlineSMS. Kemudian mungkin Anda juga sudah pernah mendengar atau bila belum, silahkan kunjungi layanan lain yang bernama
Ushahidi. Dengan menggunakan kedua layanan tersebut, yang tersedia gratis, Anda dapat membangun program pemantauan OPT jagung geospasial secara participatory dengan memanfaatkan aplikasi
Ushahidi 2.7 Bamako berbasis server atau aplikasi online
Crowdmap. Tetapi bila Anda hanya ingin menjadi pejabat, atau seorang dosen yang sekedar ingin menjadi guru besar untuk mendapat tunjangan kehormatan besar, maaf saya telah mengganggu waktu luang Anda dan mohon lupakan saja tulisan saya ini.